
Pantau - Dua rumah sakit utama di Gaza menghadapi situasi mencekam setelah pemadaman listrik, kekurangan obat-obatan, makanan dan air saat pertempuran darat dan serangan udara Israel berlanjut pada Minggu (12/11/2023).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa mereka kehilangan komunikasi dengan pusat medis terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa, di Gaza Utara. Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza tidak berfungsi dan tidak lagi beroperasi karena habisnya bahan bakar yang tersedia dan pemadaman listrik.
Doctors Without Borders merilis memo suara dari Dr. Mohammed Obeid dari Rumah Sakit Al-Shifa yang mengatakan bahwa penembak jitu menyerang empat pasien di dalam rumah sakit, sementara dua bayi dan satu orang dewasa meninggal dunia karena tidak ada listrik untuk menjalankan peralatan medis.
"Masalahnya adalah kami harus memastikan bahwa kami dapat mengevakuasi pasien neonatal karena kami memiliki sekitar 37 hingga 40 bayi prematur," katanya.
"Kami memiliki sekitar 17 pasien lain di ICU, dan kami memiliki sekitar 600 pasien pasca operasi yang membutuhkan perawatan medis. Jadi situasinya sangat buruk. Kami membutuhkan bantuan. Tidak ada yang mendengar kami," imbuh Obeid.
Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya akan membantu mengevakuasi bayi-bayi tersebut dari Al-Shifa pada Minggu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus menerus mengatakan bahwa ia tidak akan mempertimbangkan gencatan senjata kecuali para sandera yang diambil oleh Hamas pada tanggal 7 Oktober dibebaskan.
Seruan internasional untuk gencatan senjata telah meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah korban jiwa di Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel mengklaim bahwa Hamas menggunakan rumah sakit sebagai basis operasi dan untuk menyembunyikan senjata, meskipun Hamas menyangkal tuduhan tersebut dan para pejabat lainnya membantah klaim tersebut.
WHO mengatakan bahwa terakhir kali mereka mendengar, Al-Shifa dikepung oleh tank-tank. Rumah sakit tersebut telah diserang beberapa kali.
"WHO kembali menyerukan gencatan senjata segera di Gaza sebagai satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi tingkat penderitaan yang mengerikan. Rumah sakit, pasien, staf kesehatan, dan orang-orang yang berlindung di fasilitas kesehatan dilindungi di bawah Konvensi Jenewa dan Hukum Humaniter Internasional," kata organisasi tersebut.
Robert Mardini, Direktur Jenderal Komite Palang Merah Internasional, mengatakan bahwa situasi telah menjadi sangat menyedihkan bagi para pasien dan staf yang terjebak di dalam rumah sakit.
"Rumah sakit, pasien, staf & perawatan kesehatan harus dilindungi. Titik," katanya di X, yang sebelumnya adalah Twitter.
[Sumber: UPI News]
- Penulis :
- Abdan Muflih
- Editor :
- Muhammad Rodhi