Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Netanyahu Ogah Tunduk pada Tekanan Internasional untuk Setop Serangan di Gaza

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Netanyahu Ogah Tunduk pada Tekanan Internasional untuk Setop Serangan di Gaza
Foto: Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu. (Getty Images)

Pantau - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, tidak akan tunduk pada tekanan internasional untuk menghentikan perang di Jalur Gaza.

"Tekanan internasional sebesar apa pun tidak akan menghentikan kami untuk mewujudkan semua tujuan perang: melenyapkan Hamas, melepaskan semua sandera kami, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman terhadap Israel," kata Netanyahu pada pertemuan pemerintah, Minggu (17/3/2024) waktu setempat.

"Kita tidak boleh menyerah pada tekanan-tekanan ini, dan kita tidak akan menyerah pada mereka," sambungnya.

Netanyahu menyatakan, tekanan-tekanan terhadap negaranya berfokus pada seruan untuk mengadakan Pemilu baru di Israel.

"Mereka melakukan ini dengan mencoba menyelenggarakan Pemilu sekarang, di tengah perang. Dan mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa Pemilu sekarang akan menghentikan perang dan melumpuhkan negara setidaknya 6 bulan," ungkapnya.

"Jika kami menghentikan perang sekarang sebelum semua tujuan tercapai, itu berarti Israel kalah perang, dan kami tidak akan membiarkan hal itu terjadi," imbuhnya.

Pada Kamis (14/3/2024), Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat (AS), Chuck Schummer mengkritik kepemimpinan Netanyahu dan meminta Israel untuk mengadakan Pemilu baru. Netanyahu pun membalas pernyataan Schummer dengan 'sangat tidak pantas'.

"Anda tidak boleh melakukan itu kepada saudara negara demokrasi," ujar Netanyahu.

Meski ada peringatan internasional, Netanyahu pada Jumat (15/3/2024) tetap menyetujui rencana militer untuk melakukan operasi darat di Rafah, yang mana lebih dari 1,4 juta orang mengungsi dari serangan Israel yang hingga kini masih berlangsung di Jalur Gaza.

"Kami akan beroperasi di Rafah. Ini akan memakan waktu beberapa minggu, tapi itu akan terjadi," kata Netanyahu.

"Mereka yang bilang bahwa operasi di Rafah tidak akan terjadi adalah mereka yang sama mengatakan bahwa kami tidak akan masuk ke Gaza, ..."

"...kami tidak akan beroperasi di Shifa, kami tidak akan beroperasi di Khan Younis, dan kami tidak akan melanjutkan perang setelah gencatan senjata (seminggu pada November)," tambahnya.

Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan hampir 1.200 orang.

Lebih dari 31.600 warga Palestina, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan hampir 73.700 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Israel menolak menghentikan perang di Gaza sampai kembalinya lebih dari 130 sandera yang ditahan oleh Hamas sejak Oktober lalu, sementara kelompok Palestina menuntut diakhirinya serangan Israel untuk setiap kesepakatan penyanderaan dengan Tel Aviv.

Perang Israel mengakibatkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah itu telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Pdana Internasional alias Internation Court Justice (ICJ). Keputusan sementara ICJ pada Januari 2024 memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah untuk menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.


Penulis: Kaorie Zeto Hapki
Editor: Khalied Malvino

Sumber: Anadolu

Penulis :
Khalied Malvino
Editor :
Khalied Malvino

Terpopuler