Pantau - Jerman mendukung serangan udara Israel ke Lebanon, dengan menyebut bahwa mereka memiliki “hak untuk membela diri.”
“Pada akhir pekan kami mendapat ancaman eskalasi, terutama dari Hizbullah, yang telah membuat ancaman besar-besaran sebelumnya dan kemudian melanjutkan dengan roket dan penembakan terhadap Israel. Faktanya, dengan adanya ancaman ini, pemerintah Israel melakukan pembelaan diri dan melakukan operasi di Lebanon selatan,” ujar wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jerman, Christian Wagner kepada para wartawan di Berlin, Senin (26/8/2024).
Ia menuturkan, Jerman memandang ketegangan di kawasan ini dengan “keprihatinan yang besar” dan mendesak semua pihak di kawasan untuk “menahan diri.”
Pada Minggu (25/8/2024), pesawat tempur Israel melancarkan lebih dari 40 serangan udara di Lebanon selatan, serangan paling parah sejak serangan lintas batas antara Tel Aviv dan Hizbullah dimulai pada 8 Oktober 2023. Tentara Israel mengklaim bahwa serangan tersebut bertujuan untuk mencegah serangan roket dari Hizbullah.
Baca juga: Lebanon Gelar Pertemuan Darurat usai Serangan Besar-besaran Israel
Kelompok Lebanon ini mengatakan bahwa mereka telah meluncurkan roket dan rudal ke Israel sebagai tanggapan atas pembunuhan komandannya.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah dan tentara Israel telah bertempur di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel. Banyak orang telah terbunuh, sebagian besar di pihak Lebanon.
Eskalasi ini terjadi setelah perang Israel di Gaza, yang menewaskan lebih dari 40.300 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023.
Operasi militer itu menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut dan menyebabkan sebagian besar orang kehilangan tempat tinggal, kelaparan dan rentan terhadap penyakit.
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Khalied Malvino
