Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Ribuan Warga Bangladesh Kenang Pemberontakan Mahasiswa

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

Ribuan Warga Bangladesh Kenang Pemberontakan Mahasiswa
Foto: Mahasiswa dan pendukung meneriakkan yel-yel dalam acara "March for Unity" yang digelar Gerakan Mahasiswa Anti-Diskriminasi di Shaheed Minar, Dhaka, Selasa (31/12/2024). (Getty Images)

Pantau - Ribuan warga Bangladesh menggelar aksi "March for Unity" di Dhaka pada Selasa (31/12/2024) untuk memperingati lima bulan sejak pemberontakan mahasiswa yang menggulingkan Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina dan mengenang lebih dari 1.000 korban tewas dalam kekerasan tersebut.

Kelompok Students Against Discrimination (SAD), yang memimpin protes tersebut, membatalkan rencana menyerukan perubahan konstitusi 1972 di aksi tersebut. Keputusan ini diambil setelah pemerintah sementara pada Senin (30/12/2024) mengumumkan akan mempersiapkan sebuah proklamasi.

SAD menyatakan, "Proklamasi Revolusi Juli" sangat penting untuk menghormati pengorbanan para demonstran yang gugur atau terluka, sekaligus menjadi dokumen yang mencerminkan aspirasi rakyat.

Namun, beberapa analis politik khawatir jika mahasiswa mendesak perubahan konstitusi tanpa konsensus luas, hal itu bisa memicu ketidakstabilan baru.

Kantor pers penerima Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, yang kini memimpin pemerintahan sementara, menuturkan pihaknya akan mencari konsensus nasional untuk "Deklarasi Pemberontakan Juli" yang berfokus pada persatuan, reformasi negara, dan tujuan utama pemberontakan. Yunus optimistis deklarasi ini segera rampung.

Baca juga:

Dilaporkan, mahasiswa dari berbagai penjuru Bangladesh datang ke Dhaka bersama keluarga korban kekerasan. Mereka membawa bendera nasional dan meneriakkan slogan-slogan menentang Hasina.

“Anak saya, Shahriar, siswa kelas sembilan, tewas dalam protes ini. Tangisan kami takkan pernah berhenti, rasa sakit ini takkan pernah hilang,"ujar Abul Hasan dalam aksi tersebut.

Protes awalnya dipicu penolakan terhadap kuota pekerjaan di sektor publik. Gerakan mahasiswa ini kemudian berkembang menjadi pemberontakan nasional yang menentang pemerintahan Hasina.

Kekacauan memuncak pada 5 Agustus 2024, saat kekerasan memaksa Hasina mengundurkan diri dan melarikan diri ke India, sesaat sebelum pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya. 

Lebih dari 1.000 orang tewas dalam protes ini, menjadikannya periode paling mematikan di Bangladesh sejak perang kemerdekaan 1971.

Pemerintah sementara dibentuk untuk memulihkan stabilitas dan mempersiapkan Pemilu. Dua perwakilan mahasiswa juga bergabung dalam pemerintahan ini. Yunus menyebut Pemilu bisa digelar pada akhir 2025.

Penulis :
Khalied Malvino