
Pantau - Lebanon pada Selasa (4/2/2025) mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan PBB terkait pelanggaran yang terus dilakukan Israel terhadap kesepakatan gencatan senjata dan Resolusi PBB 1701.
Baca juga: Militer Lebanon Kerahkan Pasukan di Selatan, Ketegangan dengan Israel Meningkat
Keluhan ini disampaikan melalui misi permanen Lebanon di New York, sebagai respons terhadap pelanggaran Israel yang melanggar gencatan senjata serta mengabaikan pengaturan keamanan yang terkait.
Resolusi PBB 1701, yang disahkan pada 11 Agustus 2006, mengharuskan penghentian permusuhan sepenuhnya antara Hizbullah dan Israel, serta pembentukan zona bebas senjata antara Garis Biru dan Sungai Litani di Lebanon Selatan, dengan pengecualian untuk Tentara Lebanon dan UNIFIL.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Lebanon menyebutkan, keluhan itu menjelaskan secara rinci pelanggaran Israel di Lebanon Selatan, termasuk serangan darat dan udara, perusakan rumah dan pemukiman, penculikan warga Lebanon, termasuk tentara, serta serangan terhadap warga sipil yang kembali ke desa perbatasan mereka.
Keluhan tersebut juga menyoroti serangan terhadap patroli militer Lebanon dan jurnalis, serta penghapusan lima tanda batas di sepanjang Garis Biru, yang merupakan perbatasan de facto.
Baca juga: Dua Hari Jelang Tenggat Tarik Pasukan, Israel Invasi Lebanon Selatan
Lebanon mendesak Dewan Keamanan PBB dan pihak yang mendukung gencatan senjata untuk mengambil sikap tegas terhadap pelanggaran Israel dan bekerja untuk memperkuat militer Lebanon serta pasukan UNIFIL.
Gencatan senjata rapuh telah berlaku sejak 27 November 2023, setelah baku tembak antara Israel dan Hizbullah yang dimulai pada 8 Oktober 2023 dan meningkat menjadi konflik berskala penuh pada 23 September 2024.
Media Lebanon melaporkan lebih dari 830 pelanggaran yang dilakukan Israel sejak kesepakatan ini diterapkan. Israel seharusnya menuntaskan penarikan pasukannya dari Lebanon pada 26 Januari 2025.
Namun, militer Israel menolak menarik pasukannya, memicu perpanjangan tenggat waktu hingga 18 Februari 2025, menurut informasi dari Gedung Putih. Sejak 26 Januari 2025, sedikitnya 26 orang tewas dan 221 orang terluka akibat serangan Israel, saat warga berusaha kembali ke desa mereka di Lebanon Selatan.
Sumber: Anadolu
- Penulis :
- Khalied Malvino