
Pantau - Serangan besar-besaran Israel terhadap hampir 100 lokasi militer dan nuklir di Iran pada Jumat (13/6/2025) memicu kecaman keras dari sejumlah negara di kawasan Timur Tengah yang menilai aksi tersebut sebagai ancaman serius terhadap stabilitas regional dan global.
Kementerian Luar Negeri Tunisia menyebut serangan Israel sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan dan keamanan Iran".
Tunisia juga memperingatkan bahwa serangan itu mengancam perdamaian di kawasan dan dunia internasional, serta menyatakan solidaritas terhadap rakyat Iran.
Tunisia menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan darurat dan menuntut pertanggungjawaban atas aksi militer tersebut.
Negara-Negara Arab Serukan Jalur Diplomatik dan Perdamaian
Kementerian Luar Negeri Libya menilai serangan Israel sebagai “eskalasi serius” yang mengancam keamanan regional maupun internasional.
Libya mendesak penyelesaian konflik melalui jalur dialog dan diplomasi untuk mencegah konflik lebih lanjut.
Menteri Luar Negeri Irak, Fuad Hussein, dalam komunikasi dengan Menlu Mesir Badr Abdelatty dan Menlu Yordania Ayman Safadi, mengecam “agresi militer” Israel terhadap Iran.
Irak mendorong pendekatan diplomatik terhadap ketegangan yang terjadi, termasuk melanjutkan negosiasi terkait program nuklir Iran dan menolak segala bentuk eskalasi militer.
Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa operasi mereka menargetkan hampir 100 lokasi strategis di Iran, termasuk Teheran, Natanz, Khondab, dan Khorramabad.
Korban Jiwa dan Target Strategis
Media pemerintah Iran melaporkan adanya korban jiwa dalam serangan tersebut, termasuk perempuan dan anak-anak di wilayah permukiman Teheran.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tujuan serangan adalah untuk melumpuhkan infrastruktur nuklir, produksi rudal balistik, dan kemampuan militer Iran.
Dalam laporan media Iran, beberapa pejabat militer tingkat tinggi dilaporkan tewas, termasuk Hossein Salami (Panglima Tertinggi IRGC), Mohammad Bagheri (Kepala Staf Angkatan Bersenjata), dan Gholam Ali Rashid (Komandan Khatam al-Anbiya).
Dua ilmuwan nuklir senior, Mohammad Mehdi Tehranchi dan Fereydoun Abbasi, juga termasuk di antara korban tewas.
- Penulis :
- Balian Godfrey