
Pantau.com - Insiden mengerikan baru-baru ini terjadi di Jerman, di mana seorang anak dan ibunya didorong di depan kereta berkecepatan tinggi oleh seorang pria Eritea.
Melansir Russian Times, Rabu (31/7/2019), tragedi itu terjadi di salah satu platform stasiun kereta api pusat di Jerman, yakni Frankfurt yang merupakan pusat kereta api tersibuk kedua di negara itu, pada 29 Juli 2019.
Seorang anak laki-laki berusia delapan tahun bersama ibunya yang sedang menunggu kereta tiba-tiba diserang oleh orang Eritrea berusia 40an. Pria itu mendorong ibu dan anak itu ke rel kereta berkecepatan tinggi (ICE) yang hendak masuk stasiun.
Wanita berusia 40 tahun itu berhasil selamat, namun ketika ingin menyelamatkan anaknya kereta cepat itu melintas. Anak itu meninggal di tempat kejadian, kata seorang saksi.
Insiden mengerikan itu membuat kaget semua penumpang di stasiun. Wanita itu segera mendapatkan perawatan dari ambulans tidak lama tiba di tempat kejadian. Namun, saat ini belum diketahui kondisinya.
Baca juga: Migrasi Besar-besaran dari Eropa Timur Picu Rekor Populasi di Jerman
Pelaku juga dilaporkan mencoba mendorong penumpang lainnya ke rel kereta api tapi berhasil digagalkan. Pria itu kemudian mencoba untuk melarikan diri dari stasiun namun ditangkap oleh sejumlah penumpang dan akhirnya di tahan oleh pihak kepolisian.
Motif serangan tersebut masih belum diketahui. Polisi menyebutkan penyerangan itu sebagai pembunuhan karena tersangka sengaja menyerang wanita dan anak itu. Untuk diketahui, pelaku penyerangan itu tidak memiliki hubungan pribadi dengan wanita tersebut.
Menurut laporan, pria dengan kewarganegaraan Eritrea itu pindah ke Swiss pada 2006 silam, dan telah tinggal di negara itu.
Insiden tersebut telah menyulut kemarahan penduduk Jerman dan kesedihan atas tragedi tersebut. Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer segera melakukan pertemuan darurat.
"Saya sangat sedih atas tragedi itu dan bersumpah bahwa keadilan akan ditegakkan," ucapnya.
Insiden tersebut memicu ketegangan kembali ketegangan atas imigrasi yang telah melanda negara itu sejak kepemimpinan Kanselir Jerman Angela Merkel yang membuka perbatasan Jerman untuk ratusan ribu pencari suaka dan mencapai puncak krisis pengungsi pada 2015.
Baca juga: AS Minta Jerman Bergabung dalam Patroli di Selat Hormuz
Banyak warga Jerman menyampaikan belasungkawanya di media sosial, namun beberapa justru menyalahkan Merkel untuk apa yang telah terjadi.
Politisi sayap kanan alternatif untuk Partai Jerman menyebutkan insiden itu akibat kebijakan imigrasi yang salah. Sementara, Kepala Faksi Parlementer Partai Alice Weidel menyebut serangan itu sebagai tindakan kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Apa lagi yang harus terjadi? Pihak berwenang pada akhirnya harus melindungi warga negara, bukan (mempromosikan) budaya yang beragam," ucapnya.
Di sisi lain, politisi Jerman lainnya telah menuduh AfD mencoba mengekspoitasi tragedi dan menyebarkan kebencian.
"Seorang anak berusia delapan tahun meninggal dunia, dan apa yang dilakukan AfD? mereka menyebarkan kebencian dan rasis," kata Jerman MP dan kepala partai kiri Bernd Riexinger.
rn- Penulis :
- Noor Pratiwi