billboard mobile
HOME  ⁄  Lifestyle

Waspada! Senyum Asimetris Bisa Jadi Gejala Awal Strok

Oleh Annisa Indri Lestari
SHARE   :

Waspada! Senyum Asimetris Bisa Jadi Gejala Awal Strok

Pantau - Serangan strok terjadi ketika aliran darah tidak mencapai suatu bagian otak. Kondisi ini bisa disebabkan adanya gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak atau adanya pembuluh darah otak yang pecah.


Seseorang yang terkena strok bisa menunjukkan beberapa tanda atau gejala. Salah satu di antaranya ketidakmampuan untuk tersenyum. Ketika serangan strok terjadi, salah satu sisi wajah pasien akan terlihat lebih turun dan sulit digerakkan.


Gejala kedua, tidak mampu mengangkat salah satu atau kedua tangan dan menjaganya tetap terangkat. Gejala yang ketiga adalah kesulitan untuk bicara.


"Yang bisa membuat mereka (pasien strok) menjadi pelo dan mereka juga mungkin tak bisa memahami kalimat yang Anda katakan kepada mereka," ujar pendiri The Live In Care Company, Luca Rado, seperti dilansir Express, Selasa (17/1/2023).


"Bila Anda melihat perubahan yang tiba-tiba pada perilaku atau kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin, coba lihat tiga tanda ini untuk menentukan apakah (perubahan) tersebut disebabkan oleh strok," tambah Rado.


Bila menemukan gejala strok pada diri sendiri atau orang lain, segera cari bantuan. Semakin cepat pasien strok mendapatkan penanganan medis, akan semakin baik.


Pasien strok yang berhasil diselamatkan biasanya akan memerlukan rehabilitasi untuk melatih kembali fungsi-fungsi tubuh mereka. Rehabilitasi yang diberikan akan bergantung pada dampak yang disebabkan strok pada tubuh pasien.


"Biasanya melibatkan fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara dan bahasa, masukan psikologis, dan juga dokter serta perawat spesialis," jelas Rado.


Strok terdiri dari atas  dua jenis utama yakni strok iskemik dan strok hemoragik. Strok iskemik merupakan serangan strok yang terjadi akibat adanya gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah otak. Sedangkan strok hemoragik merupakan strok yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak.


Secara umum, ada beragam faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang strok. Sebagian di antaranya adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi, kolesterol tinggi, fibrilasi atrium, dan diabetes.


National Health Service merekomendasikan beberapa upaya pencegahan strok yang dapat diterapkan dalam keseharian. Beberapa dari upaya pencegahan tersebut adalah menerapkan pola makan yang sehat, olahraga teratur, serta menghindari kebiasaan merokok atau minum alkohol.


Penulis :
Annisa Indri Lestari