
Pantau - 1 Muharram dan 1 Suro merujuk pada sistem penanggalan yang sama, yaitu tahun Hijriah. Ini menandai waktu Rasulullah hijrah dari Mekah ke Madinah dan juga menandai pertama kalinya pihak keraton memperkenalkan kalender Islam di kalangan masyarakat Jawa. Meskipun keduanya jatuh pada tanggal yang sama, yaitu 1 Muharram pada kalender Hijriah, terdapat perbedaan dalam cara perayaan dan makna yang diberikan oleh masyarakat Jawa dan umat Islam.
Masyarakat Jawa memiliki larangan-larangan khusus di malam 1 Suro, seperti larangan menikah, membangun rumah, dan berbicara, yang dipercaya membawa kesialan bagi yang melanggar. Malam 1 Suro dianggap sebagai momen yang sangat keramat dan disucikan, sehingga sangat cocok untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sama dengan makna Muharram bagi umat Islam, yang mana merupakan salah satu dari 4 bulan yang diistimewakan Allah SWT.
Namun, perlu diingat bahwa ada perbedaan dalam cara perayaan dan makna yang diberikan oleh masyarakat Jawa dan umat Islam. Misalnya, dalam Islam, malam 1 Muharram dimaknai dengan penuh kesucian, sementara dalam budaya Jawa, malam 1 Suro dimaknai sebagai malam sakral yang penuh mistis.
Satu Suro adalah awal bulan pertama Tahu Baru Jawa di bulan Suro yang penanggalannya mengacu pada kalender Jawa., sebagaimana diktuip dari situs Kemendikbud RI. Malam tersebut merupakan malam pertanda awal bulan pertama dalam kalender Jawa dan dianggap sebagai bulan sakral. Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.
Sementara itu, Muharram artinya "dilarang”, dan merupakan bulan pertama dalam kalender tahun Hijriah. Terdapat larangan untuk melakukan perbuatan dzalim di bulan Muharram seperti peperangan.
Diketahui bahwa penetapan awal penanggalan Hijriah atau awal Tahun Baru Islam ini merujuk pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah yang terjadi pada tahun 622 Masehi. Hari itu juga ditetapkan sebagai hari pertama dalam penanggalan Hijriah atau kalender Islam yakni 1 Muharam 1 Hijriah.
Adapun penentuan awal Tahun Baru Islam diprakarsai oleh Khalifah Umar bin Khattab dengan persetujuan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Pada saat itu, Sayyidina Umar memutuskan untuk memulai tahun Hijriah saat hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah atas usulan dan rekomendasi Sayyidina Utsman dan Ali bin Abi Thalib.
Namun sayangnya, usulan ini ditolak karena Khalifah Umar justru memilih bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam susunan tahun Hijriyah. Pendapat ini juga didukung oleh Utsman bin Affan.
Juga terdapat alasan lain pemilihan bulan Muharram, karena meskipun hijrah dilakukan di bulan Rabi' al-Awwal, permulaan hijrah dimulai sejak bulan Muharram. Wacarana hijrah tersebut dimulai setelah beberapa sahabat mebaiat Nabi pad penghujung bulan Zulhijah. Dan bulan yang muncul setelah Zulhijah yaitu bulan Muharram. Karena itulah bula Muharram dipilih enjadi bulan pembuka dalam tahun Hijriah.
- Penulis :
- Latisha Asharani