
Pantau - Dalam era digital yang serba cepat, media sosial memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Salah satu fenomena yang muncul dari perkembangan ini adalah cancel culture. Istilah ini merujuk pada tindakan kolektif untuk menarik dukungan terhadap individu atau kelompok yang dianggap melakukan kesalahan sosial atau moral.
Dengan kekuatan warganet, cancel culture dapat berdampak besar pada karier, reputasi, bahkan kehidupan seseorang. Namun, fenomena ini juga menuai perdebatan terkait efektivitas dan dampaknya dalam mendorong perubahan sosial.
Apa Itu Cancel Culture?
Menurut Dictionary, cancel culture merupakan praktik menolak, memboikot, atau menghentikan dukungan terhadap seseorang atau kelompok yang memiliki pandangan atau tindakan yang tidak sesuai norma sosial dan moral.
Sementara itu, Vice mendefinisikan cancel culture sebagai sikap dalam suatu komunitas yang mendorong pencabutan dukungan terhadap figur publik. Ini bisa berupa pembatalan peran dalam industri hiburan, larangan pemutaran musik, atau penghapusan akun media sosial akibat tuduhan tindakan atau pernyataan yang tidak dapat diterima secara sosial.
Baca juga: Apa Itu Sassy? Pengertian dan Contoh Penggunaannya
Dampak Cancel Culture bagi Kesehatan Mental
Cancel culture tidak hanya mempengaruhi individu yang menjadi target, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental pelaku serta mereka yang menyaksikan fenomena ini. Dikutip Alodokter, berikut adalah beberapa dampaknya:
1. Dampak bagi Korban Cancel Culture
Secara ideal, cancel culture dapat menjadi pelajaran bagi seseorang untuk menyadari kesalahannya, memperbaiki diri, dan menghindari kesalahan yang sama di masa mendatang. Namun, dalam banyak kasus, cancel culture justru berubah menjadi tindakan perundungan atau intimidasi yang menyebabkan korban merasa dikucilkan dan terisolasi. Dampak psikologisnya bisa sangat berat, mulai dari kecemasan berlebihan, depresi, hingga risiko bunuh diri akibat tekanan sosial yang luar biasa.
2. Dampak bagi Pelaku Cancel Culture
Tidak hanya korban yang terdampak, pelaku cancel culture juga dapat mengalami konsekuensi psikologis. Jika mereka tidak memiliki hubungan dekat dengan korban, upaya mereka untuk "menghukum" seseorang bisa tidak efektif. Alih-alih membuat korban menyadari kesalahannya, cancel culture justru bisa memperkuat ego dan defensif korban. Hal ini bisa memicu frustrasi, kemarahan, dan rasa tidak puas bagi pelaku. Selain itu, kebiasaan melakukan cancel culture juga berisiko menurunkan empati, karena mereka cenderung menutup diri terhadap sudut pandang lain.
3. Dampak bagi Pengamat Cancel Culture
Fenomena cancel culture juga berdampak pada orang-orang yang hanya menjadi pengamat. Melihat tindakan cancel culture yang terus terjadi bisa menimbulkan rasa takut dan kecemasan bahwa mereka sendiri suatu saat bisa menjadi target. Selain itu, mereka mungkin merasa tidak aman dalam mengungkapkan pendapat, khawatir bahwa tindakan atau pernyataan mereka di masa lalu bisa digunakan untuk menjatuhkan mereka di kemudian hari.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Denial: Ciri-ciri hingga Dampaknya
Contoh Cancel Culture
Ji Soo: Skandal Kekerasan di Sekolah
Pada tahun 2021, aktor Korea Selatan Ji Soo menghadapi cancel culture setelah muncul tuduhan bahwa ia melakukan kekerasan dan perundungan saat masih sekolah. Tuduhan ini memicu kemarahan publik, yang menyerukan boikot terhadapnya.
Akibatnya, Ji Soo kehilangan berbagai kontrak kerja, termasuk peran utama dalam drama River Where the Moon Rises. Meskipun ia telah meminta maaf, kariernya di industri hiburan terhenti akibat dampak cancel culture.
Kim Sae Ron: Kasus Mengemudi dalam Kondisi Mabuk
Aktris Kim Sae Ron mengalami cancel culture setelah tertangkap mengemudi dalam keadaan mabuk pada tahun 2022. Insiden ini menimbulkan reaksi negatif dari publik, yang mengecam tindakannya dan menuntut agar ia dikeluarkan dari berbagai proyek hiburan. Akibatnya, ia kehilangan banyak kontrak kerja dan kariernya merosot tajam, menunjukkan betapa besar dampak cancel culture terhadap figur publik.
Fenomena cancel culture dalam kasus Ji Soo dan Kim Sae Ron menunjukkan bahwa kesalahan, baik di masa lalu maupun saat ini, dapat berujung pada konsekuensi serius bagi karier seseorang, terutama di industri hiburan yang sangat memperhatikan citra publik.
Baca juga: Apa Itu Refleksi Diri? Manfaat hingga Cara Menerapkannya
Kesimpulan
Cancel culture adalah fenomena sosial yang memiliki dampak luas, baik dari sisi positif maupun negatif. Meskipun dapat digunakan sebagai alat untuk menuntut keadilan, penerapannya juga dapat menimbulkan dampak psikologis yang serius, baik bagi korban, pelaku, maupun pengamat. Oleh karena itu, penting untuk lebih bijak dalam menyikapi cancel culture agar tidak berubah menjadi tindakan yang merugikan banyak pihak.
- Penulis :
- Nur Nasya Dalila