
Pantau - Denial adalah mekanisme pertahanan diri di mana seseorang menolak untuk menerima kenyataan atau fakta yang sulit dihadapi. Biasanya, denial muncul saat seseorang menghadapi situasi yang memicu stres atau emosi negatif, seperti kehilangan, kegagalan, atau diagnosis penyakit serius.
Meskipun dapat memberikan rasa aman sementara, sikap ini bisa menghambat proses pemulihan atau penyelesaian masalah jika dibiarkan terus-menerus. Apabila tidak segera diatasi, sikap ini dapat berdampak buruk, seperti memperburuk hubungan, menunda penanganan masalah, hingga memengaruhi kesehatan mental. Memahami penyebab, dampak, dan cara mengatasi denial menjadi langkah penting untuk menghadapi kenyataan dengan lebih sehat.
Apa Itu Denial?
Dikutip Halodoc, Denial, atau penyangkalan, merupakan mekanisme pertahanan psikologis yang terjadi ketika seseorang menolak untuk mengakui atau menerima kenyataan yang sulit atau menyakitkan. Dalam situasi ini, individu secara tidak sadar menghindari fakta, emosi, atau situasi tertentu untuk melindungi diri dari stres atau rasa sakit emosional.
Misalnya, seseorang yang baru didiagnosis dengan penyakit serius mungkin menyangkal hasil tersebut karena sulit menerima kenyataan itu. Sikap denial tidak selalu buruk. Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi reaksi awal yang wajar terhadap situasi traumatis, memberikan waktu bagi seseorang untuk beradaptasi secara perlahan. Namun, jika denial berlangsung terlalu lama, hal ini dapat menghambat proses penyembuhan, penyelesaian masalah, atau bahkan memperburuk kondisi.
Baca juga: Apa Itu Marinated Makeup dan Tips Mendapatkan Hasil Flawless
Ciri, Penyebab, dan Tanda-Tanda Denial
Denial sering kali terlihat melalui berbagai perilaku, seperti:
- Mengabaikan kenyataan
- Mencari pembenaran atas situasi yang sebenarnya salah
- Menolak mendengar fakta yang jelas
- Menyalahkan orang lain atau faktor eksternal
- Menghindari pembicaraan atau topik yang sulit diterima
Contohnya, seseorang yang terus menyangkal bahwa ia memiliki masalah kesehatan meskipun sudah menunjukkan gejala yang nyata. Beberapa penyebab denial meliputi:
- Stres dan Trauma: Kehilangan orang yang dicintai, perceraian, kecelakaan, atau diagnosis penyakit serius.
- Ketakutan Akan Perubahan: Tidak siap menghadapi perubahan besar, seperti masalah keuangan atau hubungan.
- Rasa Bersalah atau Malu: Menghindari rasa bersalah atau malu yang mendalam.
- Tekanan Sosial: Ketakutan terhadap penilaian orang lain.
Denial bisa sulit dikenali karena sering muncul secara spontan. Beberapa tanda-tandanya meliputi:
- Menghindari percakapan tentang masalah yang sulit
- Menganggap enteng masalah
- Mengalihkan perhatian ke hal lain
- Kesulitan menerima perubahan
- Menolak mencari bantuan
Baca juga: Apa Itu Refleksi Diri? Manfaat hingga Cara Menerapkannya
Penelitian dalam jurnal Medical Science Monitor menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) sering menggunakan mekanisme denial untuk mengatasi stres. Studi ini menemukan bahwa ada tiga strategi utama dalam menghadapi stres:
- Penyangkalan dan penghindaran.
- Strategi fokus pada tugas.
- Kombinasi penyangkalan dan strategi fokus pada tugas.
Meskipun denial sering dianggap kurang efektif, penelitian ini menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, mekanisme ini membantu pasien lebih patuh terhadap pengobatan dan merasa kualitas hidup mereka tetap baik meskipun menghadapi penyakit berat.
Dampak Positif Denial
Denial sering dianggap negatif, tetapi dalam beberapa kondisi, bisa memberikan manfaat, seperti:
- Perlindungan emosional sementara
- Memberikan waktu untuk beradaptasi
- Mencegah perasaan kewalahan
- Menurunkan tingkat kecemasan dalam situasi kritis
- Memungkinkan individu tetap berfungsi normal dalam kehidupan sehari-hari
Namun, denial hanya bermanfaat dalam jangka pendek. Jika berlarut-larut, perlu segera diatasi agar tidak berdampak buruk.
Dampak Negatif Denial
Jika denial berlangsung terlalu lama, bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti:
- Menghambat penyembuhan
- Menghalangi seseorang menerima kenyataan dan mencari solusi
- Meningkatkan kecemasan dan depresi
- Memicu ketegangan dalam hubungan
- Membuat keputusan yang buruk karena mengabaikan fakta
- Menyebabkan gangguan fisik, seperti tekanan darah tinggi atau masalah tidur
Denial yang berkepanjangan dapat menghambat seseorang menerima kenyataan dan bertindak untuk perubahan positif.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Strict Parents dan Ciri-cirinya
Cara Mengatasi Denial Syndrome
Mengatasi denial bukan hal mudah, tetapi dengan langkah yang tepat, seseorang bisa mulai menerima kenyataan dan menjalani hidup dengan lebih sehat.
1. Menerima Perasaan dan Kenyataan
Langkah pertama adalah mengakui perasaan yang muncul. Denial sering muncul karena ketakutan atau ketidakmampuan untuk menerima kenyataan. Mengakui bahwa perasaan tersebut ada membantu individu membuka diri untuk proses penyembuhan.
2. Mencari Dukungan Emosional
Berbicara dengan orang yang dapat memberikan dukungan emosional sangat penting. Dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan bisa membantu seseorang menghadapi kenyataan dengan lebih baik.
3. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Seorang psikolog atau psikiater dapat membantu individu mengatasi denial. Terapi perilaku kognitif (CBT) bisa membantu mengidentifikasi pola pikir yang tidak realistis dan menggantinya dengan cara pandang yang lebih sehat.
4. Menghadapi Kenyataan Secara Bertahap
Menghadapi kenyataan secara perlahan bisa membuat proses lebih dapat diterima. Mulailah dengan hal-hal ringan, lalu secara bertahap beralih ke hal yang lebih besar.
5. Mengembangkan Keterampilan Coping yang Sehat
Untuk mengatasi denial, seseorang perlu mempelajari cara yang lebih sehat dalam menangani stres dan emosi negatif, seperti meditasi, olahraga, dan teknik pernapasan. Pendekatan yang lebih sehat bisa mengurangi keinginan untuk menghindari kenyataan dan menerima kondisi yang ada.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, seseorang bisa mulai mengatasi denial secara konstruktif dan menghadapi kenyataan dengan cara yang lebih sehat dan realistis.
- Penulis :
- Nur Nasya Dalila