billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Tokoh PBNU: Ulama Harusnya Menjadi Penyejuk, Tidak Terlibat Politik Praktis

Oleh Adryan N
SHARE   :

Tokoh PBNU: Ulama Harusnya Menjadi Penyejuk, Tidak Terlibat Politik Praktis

Pantau.com - Rois Aam Suriyah PBNU sekaligus Penasehat Majelis Zulfaqar Indonesia KH Ahmad Bagja menyatakan keprihatinannya terhadap politik praktis yang digunakan para tokoh agama. Menurutnya, hal itu harus dihindari karena malah akan membingungkan umat dan membuat suasana tidak kondusif di tahun politik.

"Saya ingin menyampaikan bahwa sebaiknya alim ulama Indonesia itu sebagaimana sifat-sifat keulamaannya, keilmuannya, menjadi penyejuk masyarakat untuk tidak terlalu jauh ikut campur dukung mendukung siapa-siapa," kata KH Ahmad Bagja saat menghadiri dzikir bersama di Majelis Dzikir Zulfaqar Indonesia di Limus Nunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis malam (2/8/2018).

Baca juga: Arah Koalisi PKB Bisa Berubah, Tergantung Mandat Ulama

Bahkan kyai yang juga menjabat Ketua Bidang Generasi Muda Dewan Masjid Indonesia ini mengungkapkan sebaiknya pemuka agama tidak terlibat dalam pusaran politik dan tidak terlalu jauh mendukung salah satu pihak. Hal itu malah akan memperumit keadaan masyarakat menjadi tidak kondusif.

"Sebaiknya pada ulama Indonesia menghindari lah bikin ijtima-ijtima yang sifatnya politik praktis. Sebab itu akan membingungkan umat dan seharusnya menghindari diri dari kemungkinan tindakan kolektif beberapa kelompok alim ulama atau yang menamakan alim ulama itu menjadikan keadaan masyarakat menjadi tidak kondusif," ucapnya.

Ia pun mengimbau masyarakat mewaspadai segala berita bohong atau hoaks di tahun politik. Menurutnya, sebaiknya masyarakat mengecek terlebih dulu dan jangan mudah percaya dengan segala berita bohong yang beredar. 

"Boleh kita pintar, banyak orang yang pintar, tapi sulit mencari yang jujur. Jujur itu bukan soal akal, tapi soal hati, soal nurani. Dan dzikir ini adalah untuk membangun hati kita, nurani kita, batin kita, jiwa kita," katanya.

Baca juga: PKB Sindir Kubu Prabowo: Sering Pertemuan tapi Belum Ada Koalisinya

"Majelis ini juga bagian dari bagaimana upaya mencerdaskan bangsa. Jadi berkaitan dengan yang ingin kita bangun adalah manusia Indonesia yang cerdas secara aqliah dan juga cerdas secara batiniah. Lantas apa fungsinya kita dalam konteks negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) yang plural dan bermacam-macam," ujarnya menambahkan.

Segala perbedaan di tengah masyarakat, katanya, diharapkan tidak menjadi penyebab perpecahan bangsa. Menurut kyai, kebhinekaan yang ada di Indonesia justru haruslah membuat bangsa ini semakin kuat.

"Ada 17 ribuan pulau, tujuh ratus suku, bahasa yang berbeda-beda, bahkan sesama Islam saja ada berbagai pengelompokan, ada organisasi-organisasi, ada komunitas-komunitas tertentu dan itu semua harus kita terima dengan rasa syukur," ujarnya.

Penulis :
Adryan N