
Pantau - Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) meminta peran guru bimbingan dan konseling (BK) dioptimalkan untuk mengatasi permasalahan mental siswa.
"Solusi yang diberikan selama ini, kami mendampingi pelatihan-pelatihan dan diklat dari guru kelas untuk memiliki pengetahuan terkait dengan konsultasi, jadi konsultasi ini menjadi penting sebagai langkah awal, dengan ke depan tetap menambah jumlah guru yang kemudian dalam fungsi BK menjadi pimpinan konsultasi siswa," kata Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Warsito.
Baca juga: Kemenko PMK Gelar Nonton Bareng Film "Buku Harian" Sebagai Pendidikan Karakter Anak
Ia mengemukakan hal tersebut untuk merespons fenomena beberapa remaja mengalami gangguan mental lantas membunuh anggota keluarganya yang belakangan marak terjadi.
"Tentunya peran keluarga juga menjadi penting, tidak kalah penting karena memang keluarga adalah pilar pertama untuk memberikan pendidikan terkait dengan karakter dan jati diri bangsa," ucapnya.
Selain itu, menurut dia, tokoh agama dan masyarakat juga menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam pembangunan mental, sehingga beberapa kasus gangguan mental yang menyebabkan kecelakaan menjadi evaluasi bagi seluruh pihak terkait.
Baca juga: Kemenko PMK Koordinasikan Implementasi Rencana Induk Kuatkan Acuan Pembangunan Budaya
"Tentu seluruh hal terkait generasi muda kita, akan selalu menjadi bagian evaluasi dan bagian untuk kemudian mempersiapkan dan mengevaluasi program ke depan seperti apa," tuturnya.
Dalam rangka mempersiapkan generasi emas 2045, Warsito juga menekankan pentingnya meningkatkan keterampilan non-teknis atau soft skill yang diimbangi dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Baca juga: Kemenko PMK Gelar Nonton Bareng Film "Buku Harian" Sebagai Pendidikan Karakter Anak
"Kita semua sepakat bahwa ketika bicara generasi unggul dan berdaya saing itu tidak cukup dengan kepandaian atau menguasai IPTEK, yang jauh tidak kalah penting adalah bagaimana soft skill atau karakter dari generasi emas itu sendiri," paparnya.
Oleh karena itu, menurut dia, ketika menyiapkan generasi emas dalam konteks pendidikan karakter tentu membutuhkan pembelajaran jangka panjang.
"Program tersebut dilakukan sejak dini sampai tidak ada hentinya, jadi lifelong learning atau pembelajaran sepanjang hidup ketika bicara soft skill," kata Warsito.
Baca juga: Kemenko PMK Koordinasikan Implementasi Rencana Induk Kuatkan Acuan Pembangunan Budaya
- Penulis :
- Wulandari Pramesti