
Pantau - Dirjen Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kementrans, Sigit Mustofa Nurudin menegaskan, pengembangan program transmigrasi ke depan harus berbasis riset dan dilakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi.
Menurutnya, perencanaan yang matang berdasarkan penelitian menjadi faktor penting dalam membangun kawasan transmigrasi yang berkelanjutan.
"Kami ingin membangun transmigrasi berbasis riset, juga kerja sama dengan perguruan tinggi. Itu yang menjadi catatan kami bahwa ke depan transmigrasi harus berdasarkan perencanaan penelitian," ujarnya dalam pertemuan dengan perwakilan perguruan tinggi di Jakarta, Kamis (13/2/2025).
Ia menjelaskan, transmigrasi saat ini tidak lagi hanya berorientasi pada pemindahan penduduk semata, melainkan harus memperhatikan pengembangan kawasan secara terpadu.
Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Transmigrasi, yang menekankan bahwa pembangunan transmigrasi harus berbasis kawasan, berbeda dengan regulasi sebelumnya yang hanya berfokus pada pemukiman.
Baca Juga: Efisiensi Anggaran, Mentrans Iftitah Tetap Optimis Kembangkan Kawasan Transmigrasi
“Dalam perkembangannya, program transmigrasi telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan nasional,” bebernya.
Data Kementrans mencatat, hasil pembangunan transmigrasi hingga saat ini mencakup 2,2 juta kepala keluarga penduduk, 619 kawasan transmigrasi, 3.672 satuan pemukiman, serta 42 kawasan perkotaan baru.
“Selain itu, program ini juga telah melahirkan 1.567 desa definitif dan tiga ibu kota provinsi, yaitu Tanjung Selor di Kalimantan Utara, Mamuju di Sulawesi Barat, dan Merauke di Papua Selatan,” ujarnya.
Sigit menekankan, pentingnya sinergi antara kementerian dan lembaga dalam menjalankan program transmigrasi agar pembangunan dapat berjalan lebih efektif dan terintegrasi.
- Penulis :
- Aditya Andreas