
Pantau - Perang dagang global yang dipicu oleh kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump mulai merambat ke sektor usaha kecil Indonesia, salah satunya para perajin tahu yang mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku utama.
Kenaikan harga kedelai membuat biaya produksi melonjak, sementara omzet para perajin menurun tajam karena harus menyesuaikan harga jual atau mengecilkan ukuran produk.
Harga Kedelai Naik, Produksi Tahu Tertekan
Sebagian besar kedelai yang digunakan oleh industri tahu di Indonesia berasal dari Amerika Serikat.
Pada tahun 2023, Indonesia tercatat mengimpor 2,27 juta ton kedelai dari AS, dan jumlah itu meningkat menjadi 2,67 juta ton pada 2024.
Namun, imbas perang dagang membuat harga kedelai melonjak hingga mencapai Rp 9.800 per kilogram saat ini.
Lonjakan harga tersebut memaksa perajin tahu untuk mengambil keputusan sulit, antara memperkecil ukuran tahu atau menaikkan harga jual kepada konsumen.
Kondisi ini membuat daya saing produk menurun dan pendapatan perajin ikut tertekan.
Ketidakpastian Tarif Bikin Pelaku Usaha Resah
Para pelaku usaha tahu dan tempe kini masih menunggu kepastian lebih lanjut terkait dampak lanjutan dari kebijakan tarif AS, khususnya terhadap komoditas kedelai.
Ketidakpastian harga bahan baku membuat usaha kecil rawan terganggu, dan bahkan mengancam kelangsungan produksi dalam jangka panjang.
Pemerintah diharapkan segera merespons kondisi ini dengan langkah antisipatif agar pelaku UMKM yang bergantung pada impor bahan baku tetap dapat bertahan menghadapi guncangan global.
- Penulis :
- Peter Parinding