
Pantau - Anggota Tim Pengawas Haji DPR RI Edy Wuryanto menyoroti minimnya jumlah tenaga kesehatan dalam pelaksanaan ibadah haji tahun ini dan menyebut kondisi tersebut perlu segera dievaluasi agar pelayanan kesehatan terhadap jamaah Indonesia dapat lebih maksimal.
Edy mengungkapkan bahwa saat ini rasio tenaga kesehatan dengan jumlah jamaah haji Indonesia adalah satu banding 400, angka yang dinilainya sangat tidak ideal dan berdampak pada keterbatasan dalam penanganan medis.
Selain itu, sistem pelayanan kesehatan di Arab Saudi disebut membatasi aktivitas medis di area hotel jamaah, yang menyebabkan proses perujukan ke rumah sakit rujukan menjadi lebih lambat dan tidak efisien.
Ia juga menekankan pentingnya pendekatan promotif dan preventif dari tenaga medis Indonesia dengan melakukan deteksi dini, pemantauan rutin, serta klasifikasi risiko jamaah berdasarkan kategori risiko tinggi, menengah, dan rendah.
Usulan Rumah Sakit Haji dan Evaluasi Fasilitas Eksisting
Edy menyayangkan tidak beroperasinya Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah selama musim haji tahun ini, padahal fasilitas tersebut seharusnya menjadi titik transit penting bagi jamaah sakit sebelum atau sesudah dirujuk ke rumah sakit.
Ia berharap KKHI bisa kembali dibuka pada musim haji mendatang sebagai bagian dari peningkatan layanan kesehatan haji Indonesia.
Sebagai solusi jangka panjang, Edy mendorong Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama diplomatik dengan Arab Saudi untuk membangun Rumah Sakit Haji Indonesia di Makkah, mengingat jumlah jamaah haji dan umroh asal Indonesia yang sangat besar setiap tahunnya.
Menurutnya, keberadaan rumah sakit sendiri akan membuat pelayanan kesehatan menjadi lebih nyaman dan komunikatif bagi para jamaah.
Edy berkomitmen untuk membawa usulan pendirian rumah sakit tersebut dalam pembahasan bersama Komisi IX DPR RI dan Kementerian Kesehatan sebagai bagian dari upaya perlindungan menyeluruh bagi jamaah haji Indonesia.
- Penulis :
- Balian Godfrey