
Pantau - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa masa depan pertanian Indonesia berada di tangan generasi muda, khususnya mahasiswa yang dianggap mampu membawa semangat baru melalui pendekatan teknologi.
Dalam sambutannya pada Musyawarah Nasional (Munas) BEM Seluruh Indonesia, Mentan menyoroti pentingnya transformasi pertanian dari sistem tradisional ke arah sistem modern yang berbasis riset dan inovasi.
"Kalau kita ingin berdaulat pangan maka kampus dan anak muda harus turun langsung. Jadilah pelopor, bukan penonton", ungkapnya.
Mahasiswa Sebagai Lokomotif Perubahan Pertanian
Amran menekankan bahwa pertanian saat ini bukan lagi sekadar cangkul dan lumpur, melainkan sudah menyangkut teknologi tinggi dan industri.
"Pertanian hari ini bukan lagi soal cangkul dan lumpur. Ini tentang teknologi, riset, dan inovasi. Mahasiswa harus menjadi lokomotif perubahan", ia mengungkapkan.
Ia juga menyoroti pentingnya hilirisasi komoditas pertanian guna meningkatkan nilai tambah dan memperkuat perekonomian nasional.
"Semua produk kita yang paling besar dan paling dahsyat adalah pertambangan dan pertanian. Dan pertanian ini yang bisa memimpin masa depan bangsa Indonesia. Dan mahasiswa disini bisa memimpin Indonesia ke depan", ujar Amran.
Amran mengajak mahasiswa untuk menjadikan Munas BEM SI sebagai ruang refleksi kolektif untuk memperkuat peran strategis generasi muda dalam memajukan sektor pertanian Indonesia.
"Konsistensi kuncinya. Konsistensi kebijakan bukan untuk pribadi tapi untuk negara. Skema investasi dalam budidaya dan industri hilir pertanian berdasarkan potensi sumberdaya dimana total investasi Rp371 triliun, dimana masyarakat dan anak muda lebih besar porsinya", jelasnya.
Amran membuka peluang kolaborasi luas antar kementerian, kampus, dan mahasiswa guna membangun inovasi demi ketahanan pangan nasional.
"BEM sebagai aktor perubahan diharapkan mampu menjembatani riset kampus dengan kebutuhan masyarakat di lapangan, salah satunya dengan hilirisasi", katanya.
Kolaborasi Kampus dan Industri Kunci Inovasi Pertanian
Rektor IPB, Prof. Arief Satria, dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa mahasiswa adalah generasi kunci dalam menciptakan perubahan melalui empat level kepemimpinan.
"Yang pertama adalah self leader, memimpin diri sendiri. Semua orang sudah menjadi pemimpin. Yang kedua adalah lead others, memimpin orang lain. Inilah yang sekarang ini kita lakukan", tuturnya.
Ia melanjutkan, level ketiga adalah lead change, yakni memimpin perubahan termasuk institusi, dan level keempat adalah lead the future, atau memimpin masa depan.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, Brian Yuliarto, turut menegaskan peran mahasiswa sebagai penggerak budaya riset dan teknologi untuk mendukung hilirisasi sektor pertanian.
"Kampus harus bergandengan tangan dengan industri, atau bahkan melahirkan industri. Aktivis mahasiswa harus menjadi contoh, dengan menguasai sains dan teknologi", jelas Brian.
Ia menekankan bahwa BEM harus menjadi pelopor budaya baru berbasis ilmu pengetahuan sebagai fondasi hilirisasi ekonomi nasional.
- Penulis :
- Arian Mesa



