Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Wakil Menlu RI Tegaskan BRICS Bukan Blok Anti-Amerika, Tanggapi Ancaman Tarif Trump

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Wakil Menlu RI Tegaskan BRICS Bukan Blok Anti-Amerika, Tanggapi Ancaman Tarif Trump
Foto: Wakil Menlu RI Tegaska(Sumber: ANTARA/Andi Firdaus)

Pantau - Wakil Menteri Luar Negeri RI Arrmanatha Christiawan Nasir menegaskan bahwa pertemuan negara-negara BRICS tidak memiliki tujuan untuk melawan Amerika Serikat atau membentuk blok tandingan terhadap negara besar manapun.

Pernyataan ini disampaikan menyusul ancaman dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% terhadap negara-negara anggota BRICS yang dinilai mendukung kebijakan Anti-Amerika.

"Sebenarnya, yang pertemuan presiden tidak ada upaya apapun untuk melawan Amerika atau yang lainnya," ungkapnya saat mendampingi keberangkatan Presiden RI menuju Brasilia, di Rio De Janeiro, Brasil, Senin (7/7).

Fokus BRICS pada Kerja Sama Global

Arrmanatha menekankan bahwa fokus utama dari pertemuan BRICS adalah memperkuat kerja sama di antara negara-negara berkembang dalam menghadapi tantangan global, bukan untuk menyasar negara tertentu.

BRICS, menurutnya, tidak memiliki agenda atau pembahasan yang bertentangan dengan kepentingan global, termasuk Amerika Serikat.

"Justru, isu-isu yang dibahas, tadi saya sampaikan, mengenai lingkungan hidup, mengenai kesehatan, kemarin kita bahas mengenai masalah situasi global, mengenai multilateralisme," ia mengungkapkan.

Arrmanatha juga menyatakan bahwa tidak ada satu pun pembahasan dalam forum tersebut yang bersifat menyerang negara tertentu.

Ancaman Trump Disampaikan di Tengah KTT BRICS

Presiden Donald Trump sebelumnya menyampaikan ancamannya melalui platform media sosial Trust, menuding BRICS sebagai kelompok yang mulai mendukung kebijakan Anti-Amerika.

Pernyataan Trump muncul di tengah pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang turut dihadiri oleh Presiden RI Prabowo Subianto bersama para pemimpin negara anggota lainnya.

Pertemuan ini menjadi sorotan dunia internasional, terutama setelah meningkatnya tensi perdagangan antara Amerika Serikat dan negara-negara berkembang.

Penulis :
Ahmad Yusuf