
Pantau - Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyebut kereta cepat Whoosh memiliki potensi besar sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi nasional.
Kereta cepat Jakarta–Bandung dinilai mendukung peningkatan mobilitas masyarakat sekaligus menciptakan nilai tambah baru dalam sektor ekonomi.
"Penumpang yang menggunakan Whoosh itu dari waktu ke waktu semakin meningkat," ungkap Piter.
Peningkatan jumlah penumpang dianggap sebagai indikator bahwa masyarakat mulai merasakan manfaat efisiensi waktu dan kenyamanan yang ditawarkan moda transportasi tersebut.
Jumlah Penumpang Tembus 2,9 Juta, Integrasi Transportasi Jadi Kunci
Menurut data dari operator PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), jumlah penumpang Whoosh sepanjang semester pertama 2025 mencapai 2.936.599 orang.
Angka ini naik sekitar 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 2.668.894 penumpang.
Saat ini, kereta cepat Whoosh melayani 62 perjalanan setiap hari dengan frekuensi keberangkatan setiap 30 menit.
Piter menyoroti pentingnya integrasi antara layanan kereta cepat dengan moda transportasi lokal dan pusat-pusat ekonomi di daerah agar dampak ekonominya dapat lebih optimal.
"Mengintegrasikan semua ekosistem yang bisa dimanfaatkan akan memaksimalkan keberadaan kereta cepat," ia menekankan.
Piter juga menegaskan bahwa kehadiran Whoosh dapat memicu munculnya aktivitas ekonomi baru yang sebelumnya tidak berkembang.
"Sehingga dengan adanya kereta whoosh itu, maka kemudian banyak kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang bisa terjadi," lanjutnya.
Ia mendukung perluasan jalur kereta cepat ke wilayah lain agar manfaat ekonominya menjangkau lebih luas dan menciptakan pusat pertumbuhan baru di luar Jakarta dan Bandung.
Proyek kereta cepat Jakarta–Bandung dinilai sebagai langkah awal penting dalam pengembangan transportasi rel modern di Pulau Jawa.
"Dan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian regional," tutup Piter.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf