
Pantau - Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Cristina Aryani menegaskan bahwa Sekolah Rakyat merupakan instrumen penting pemerintah untuk pemerataan akses pendidikan di semua lapisan masyarakat.
Fokus untuk Anak dari Keluarga Termiskin
Dalam kunjungan kerja ke Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 6 di Jakarta, Cristina mengakui kesenjangan pendidikan masih ada, khususnya bagi anak dari keluarga dengan tingkat kesejahteraan terendah, meski berbagai program beasiswa telah berjalan.
“Mungkin bagi mereka untuk bisa mengenyam pendidikan itu hanya suatu harapan, hanya suatu angan-angan. Nah, Bapak Presiden Prabowo mengambil ini, betul-betul meresapi kenyataan ini... dan membentuk lah apa yang disebut sebagai sekolah rakyat,” ujarnya.
SRMP 6 termasuk dalam 65 Sekolah Rakyat rintisan tahap pertama yang memulai kegiatan belajar mengajar awal Juli dan sementara menempati Sentra Handayani Kementerian Sosial di Ciracas, Jakarta Timur.
Sekolah ini memiliki 75 siswa dari keluarga dalam Data Tunggal Sosial Ekonomi (DTSEN 1–2) yang berdomisili di Jakarta.
Pembinaan Karakter dan Rencana Perluasan
Cristina menekankan keberadaan guru, wali asuh, dan wali asrama yang mendampingi siswa secara penuh menjadi salah satu kunci keberhasilan program.
Selain pembelajaran akademik, pembinaan karakter dan keteraturan hidup menjadi fokus utama pendidikan di sekolah tersebut.
Ia berharap program Sekolah Rakyat dapat diperluas ke lebih banyak daerah terpencil, termasuk untuk anak-anak pekerja migran, demi memperkecil kesenjangan pendidikan dan memberi peluang setara bagi generasi muda.
“Kami ingin memastikan anak-anak ini tumbuh dengan harapan, kesempatan, dan keterampilan yang memadai,” pungkasnya.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf