Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Kemenag Tambahkan Lomba Karya Tulis Ilmiah Hadis di STQH Nasional XXVIII, Dorong Generasi Muda Berpikir Kritis dan Akademis

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Kemenag Tambahkan Lomba Karya Tulis Ilmiah Hadis di STQH Nasional XXVIII, Dorong Generasi Muda Berpikir Kritis dan Akademis
Foto: (Sumber: Jajaran Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag berfoto bersama saat Technical Meeting dan Penetapan Peserta STQH Nasional XXVIII. ANTARA/HO-Kemenag.)

Pantau - Kementerian Agama (Kemenag) menghadirkan terobosan baru dalam Seleksi Tilawatil Quran dan Musabaqah Al-Hadis (STQH) Nasional XXVIII dengan menambahkan cabang lomba Karya Tulis Ilmiah Hadis (KTIH).

Ajang STQH tahun ini akan digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 9–19 Oktober 2025 dan akan menjadi momen perdana KTIH dipertandingkan secara nasional.

“Peserta tidak hanya diuji hafalan, tetapi juga kemampuan menulis, menafsir, dan mempresentasikan gagasan secara ilmiah,” ujar perwakilan Kemenag.

KTIH Perkuat Dimensi Intelektual STQH

Kehadiran KTIH diharapkan dapat memperkaya STQH dengan memperkuat aspek intelektual dalam pemahaman dan penyampaian hadis.

“Ini pertama kalinya KTIH hadir dalam STQH Nasional. Kami ingin memberi ruang bagi generasi muda untuk menyalurkan gagasan segar tentang hadis melalui tulisan yang orisinal dan dapat dipertanggungjawabkan,” ungkapnya.

Penilaian KTIH dilakukan secara berlapis dan komprehensif, mulai dari keaslian karya, bobot materi, kaidah bahasa, logika penyusunan, hingga kemampuan peserta dalam mempresentasikan gagasan secara sistematis.

Keaslian karya menjadi syarat utama, dengan batas maksimal kemiripan hasil cek plagiarisme. Pengecualian kemiripan hanya berlaku untuk unsur referensi, bibliografi, teks Al Quran dan hadis, serta catatan kaki.

Penilaian Ketat dan Mendorong Gagasan Berkualitas

Pada babak penyisihan, penilaian KTIH akan mencakup lima kategori utama: relevansi judul dengan tema besar, bobot dan kebaruan gagasan, eksplorasi kandungan hadis, keluasan wawasan, dan kekayaan referensi.

Kelima kategori ini akan kembali digunakan dalam babak semifinal, namun dengan rentang nilai yang berbeda.

Aspek lain yang turut menjadi perhatian meliputi logika berpikir, organisasi pesan, sistematika penyusunan, dan mutu analisis yang tercermin dalam tulisan peserta.

“Dengan hadirnya KTIH, kami berharap STQH tahun ini tidak hanya melahirkan para penghafal hadis, tetapi juga generasi yang mampu berpikir kritis, sistematis, dan memberi kontribusi nyata melalui gagasan akademik,” tegas Kemenag.

Kehadiran KTIH menjadi bentuk pembaruan dalam ajang STQH, yang tidak hanya menekankan hafalan, tetapi juga penguatan literasi ilmiah dan keilmuan generasi muda dalam memahami ajaran Islam secara mendalam.

Penulis :
Ahmad Yusuf

Terpopuler