
Pantau - Komunitas Ojek Online Unit Reaksi Cepat (URC) Jakarta Selatan memastikan tidak ikut dalam aksi unjuk rasa pengemudi ojol di Kementerian Perhubungan dan DPR/MPR RI pada Rabu (17/9).
Beda Sikap dengan Garda
Ketua URC, Hasanah, menegaskan aksi tersebut digelar oleh Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia, bukan URC.
"Tidak itu bukan kami, itu Garda," katanya.
Ia menambahkan bahwa Garda tidak sepenuhnya berisi pengemudi ojol sejati, berbeda dengan URC yang memiliki identitas jelas.
"Mereka bukan murni ojol sejati, seperti kita URC," ungkapnya.
Anggota URC Jaksel, Dimas, juga menyebut terdapat perbedaan dalam tuntutan yang dibawa Garda.
Menurutnya, Garda menuntut potongan aplikator diturunkan menjadi 10 persen dan status driver menjadi karyawan.
Namun, URC menilai potongan 20 persen lebih sesuai karena wajar digunakan aplikator untuk keuntungan bersama pelanggan dan pengemudi.
"Status mitra itu sudah pas karena waktu fleksibel, semakin kita rajin narik semakin besar pendapatan. Sedangkan menjadi pekerja nantinya pasti terikat karena ada kontraknya," kata Dimas.
Ia menambahkan bahwa sebagai mitra, driver sudah mendapat keuntungan dari aplikator seperti asuransi jiwa, diskon sembako, hingga diskon servis motor.
Aksi Garda dan Tuntutan
Saat ini, URC Jakarta Selatan menaungi sekitar 3.000 pengemudi ojol.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia Raden Igun Wicaksono menyebut ribuan pengemudi ojol akan menggelar aksi di Kemenhub dan DPR/MPR RI siang ini.
Massa aksi membawa tujuh tuntutan, di antaranya memasukkan RUU Transportasi Online ke Prolegnas 2025–2026, menurunkan potongan aplikator menjadi 10 persen, membuat regulasi tarif antarbarang dan makanan, serta audit investigasi potongan lima persen yang diambil aplikator.
Selain itu, mereka juga meminta Kapolri mengusut tuntas tragedi 28 Agustus 2025.
- Penulis :
- Aditya Yohan