Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Inovasi Konseling Digital Ramah Anak Lewat Aplikasi Manca di Bali, Bantu Siswa Ungkap Masalah Secara Aman

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Inovasi Konseling Digital Ramah Anak Lewat Aplikasi Manca di Bali, Bantu Siswa Ungkap Masalah Secara Aman
Foto: (Sumber: Guru BK SMP Sapta Andika Putu Leineke Aghet Thaniasari menunjukkan aplikasi Teman Carite (Manca) untuk konseling digital pelajar di Denpasar, Bali, Sabtu (4/10/2025). ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna..)

Pantau - Sekolah-sekolah di Bali mulai mengadopsi layanan konseling digital ramah anak yang memungkinkan siswa mencurahkan masalah pribadi secara aman, mudah, dan efisien, salah satunya melalui aplikasi Teman Carite (Manca) di SMP Sapta Andika Denpasar.

Konseling Sekolah Kini Lebih Ramah Anak Lewat Teknologi

Dulu, layanan bimbingan konseling (BK) kerap dikaitkan dengan stigma negatif dan dianggap hanya untuk siswa bermasalah.

Stigma tersebut membuat siswa merasa takut atau malu datang ke ruang BK, sehingga mereka lebih memilih memendam masalah sendiri.

Kini, kehadiran teknologi digital membuka peluang baru dalam layanan konseling yang lebih inklusif, ramah anak, serta terhubung langsung dengan guru BK dan praktisi kesehatan mental profesional.

Generasi Z yang lahir antara 1997 hingga 2012 tumbuh dalam era digital dan akrab dengan media sosial, namun curhat di media sosial berisiko multitafsir dan menjadi bumerang.

Dalam konteks ini, guru BK tetap menjadi rujukan utama di sekolah, dan aplikasi konseling digital menjadi solusi inovatif yang memperkuat peran tersebut.

Aplikasi Manca: Solusi Digital untuk Siswa di SMP Sapta Andika Denpasar

SMP Sapta Andika Denpasar mengembangkan aplikasi Teman Carite atau Manca sejak Maret 2024 dan resmi dioperasikan pada Juli 2024.

Melalui aplikasi Manca, siswa dapat mengakses layanan konseling secara rahasia, mengisi identitas, memilih jenis masalah, serta menentukan metode konsultasi, baik tatap muka maupun daring melalui video call atau pesan WhatsApp.

Akses ke aplikasi ini tersedia melalui barcode yang dipasang di 15 kelas dan toilet sekolah, memberikan kemudahan akses dan privasi bagi siswa.

Jenis masalah yang dapat dikonsultasikan mencakup perundungan (bullying), motivasi belajar, kesehatan reproduksi, bahaya merokok dan vape, narkoba, kekerasan di sekolah, perilaku menyakiti diri sendiri, serta isu seks bebas, HIV, dan AIDS.

Sebanyak delapan guru BK dan konselor profesional disiagakan sebagai pendamping siswa.

Dalam kondisi tertentu, orang tua siswa turut dilibatkan, dan jika masalah dianggap berat, siswa akan dirujuk ke mitra psikolog sekolah untuk penanganan lebih lanjut.

Menurut catatan sekolah, jenis masalah yang paling sering dikonsultasikan adalah motivasi belajar, perundungan, dan perilaku menyakiti diri sendiri.

Setiap minggu, terdapat 4–5 siswa yang aktif menggunakan layanan ini.

Evaluasi menunjukkan bahwa siswa merasa lebih lega dan berani mengungkapkan masalah mereka, memungkinkan konselor memberikan dukungan emosional dan psikologis secara lebih cepat dan tepat.

Konseling sebagai Solusi Masalah yang Terpendam

Sekolah berperan penting sebagai ruang aman bagi siswa untuk mengungkapkan masalah yang tidak terselesaikan di rumah.

Masalah yang dipendam dalam jangka panjang dapat berdampak serius terhadap masa depan anak dan remaja.

Alasan siswa memendam masalah antara lain karena takut, malu, kurang percaya diri, atau tidak tahu harus bercerita kepada siapa.

Psikiater dr Made Wedastra SpKJ menjelaskan bahwa memendam masalah dapat mengganggu keseimbangan neurotransmitter di otak.

"Hal ini bisa menyebabkan gangguan mental seperti kecemasan, depresi, hingga gejala psikotik seperti halusinasi, delusi, dan bicara kacau," ungkapnya.

Dengan adanya aplikasi seperti Manca, siswa kini memiliki jalur aman dan terpercaya untuk mengatasi masalah secara lebih awal dan mencegah dampak psikologis yang lebih berat di kemudian hari.

Penulis :
Aditya Yohan