
Pantau - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengumumkan rencana pemangkasan ekspor minyak sawit mentah (CPO) sebesar 5,3 juta ton guna mendukung program mandatori bahan bakar nabati B50 yang akan dijalankan mulai tahun 2026.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers usai rapat terbatas bersama Presiden Prabowo Subianto di Kantor Presiden, Jakarta.
Amran menjelaskan bahwa kebutuhan pasokan CPO untuk mendukung implementasi biodiesel B50 mencapai 5,3 juta ton per tahun.
"Ekspor ini, nantinya kita tarik 5,3 juta ton, kemudian dijadikan biofuel, jadikan pengganti solar," katanya menjawab pertanyaan wartawan.
Dampak pada Ekspor dan Harga CPO
Saat ini, produksi CPO Indonesia mencapai 46 juta ton per tahun, dengan 20 juta ton diolah di dalam negeri dan sekitar 26 juta ton diekspor.
Amran meyakini, jika ekspor CPO dikurangi menjadi 20 juta ton, maka harga komoditas tersebut di pasar global akan mengalami kenaikan.
"Kita bisa hentikan 5,3 juta ton. Nah ini nantinya, ini energi hijau, kita bisa menutupi kebutuhan dalam negeri, tetapi menghemat devisa, karena kita menyetop impor, dan ada yang terpenting, kalau ekspor kita yang dulunya 26 juta ton, tiba-tiba berkurang menjadi 20 juta ton, harga pasti naik," ujar Amran.
Amran juga menyebutkan bahwa nilai produksi CPO Indonesia saat ini diperkirakan mencapai Rp450 triliun.
"Kalau naik dua kali lipat atau lebih, itu bisa Rp1.000 triliun, atau Rp800 triliun," tambahnya.
Indonesia saat ini memproduksi hampir 60 persen dari total CPO dunia, dan bersama Malaysia, dianggap memiliki peran penting dalam pengendalian harga global.
"Produsen terbesar dunia adalah Indonesia. Kita yang harus mengendalikan harga CPO dunia, bukan negara lain. Nah, kalau harga CPO dunia naik, mungkin saja kita lepas B50, turun menjadi B40 kembali. Tetapi, begitu harga turun, kita tarik kembali menjadi biofuel, tergantung yang mana menguntungkan rakyat Indonesia," ungkapnya.
Dibahas Langsung Bersama Presiden
Program hilirisasi sektor pertanian, termasuk kebijakan terkait biofuel, menjadi salah satu poin utama yang dilaporkan Amran kepada Presiden Prabowo dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan.
Dalam pertemuan tersebut, hadir pula Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.
Presiden juga menerima laporan dari Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono terkait program Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP).
Sebelumnya, Wakil Presiden menegaskan bahwa Presiden Prabowo menargetkan implementasi program B50 untuk mempercepat transisi energi nasional.
- Penulis :
- Leon Weldrick