
Pantau - Presiden Prabowo Subianto akan segera menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) guna menyelesaikan persoalan utang proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh, sebagaimana disampaikan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan.
Tim Khusus dan Skema Restrukturisasi Disiapkan
Menurut Luhut, Presiden Prabowo akan membentuk tim yang akan membahas strategi pembayaran utang KCIC secara menyeluruh.
"Kita tinggal tunggu Keppres saja," ujar Luhut usai menghadiri acara “1 Tahun Prabowo-Gibran: Optimism 8% Economic Growth” di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa dirinya telah berkoordinasi dengan CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan Roeslani, dan keduanya sepakat bahwa penyelesaian utang harus ditangani bersama.
Skema pembayaran akan menggunakan mekanisme restrukturisasi utang, tanpa melibatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Restrukturisasi. Saya sudah bicara dengan China karena saya dari awal mengerjakan itu," tegas Luhut.
Ia juga membuka opsi menggunakan dividen dari BUMN sebagai sumber dana alternatif untuk pelunasan utang tersebut.
Luhut menekankan bahwa transportasi publik bukan ditujukan untuk meraih keuntungan secara finansial.
"Tidak ada transportasi publik di dunia ini yang menguntungkan, selalu banyak subsidi pemerintah. Tapi tentu, harus subsidi yang betul-betul terukur," jelasnya.
Evaluasi Internal dan Dua Skema Pembayaran
CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menyatakan bahwa proses penyelesaian utang masih berada pada tahap evaluasi internal.
Ia menambahkan bahwa belum ada komunikasi formal yang dilakukan dengan pihak manapun, termasuk Kementerian Keuangan.
Menurut Rosan, setiap keputusan di Danantara akan diambil secara terstruktur dan terukur, dan pihaknya akan duduk bersama kementerian terkait untuk menentukan opsi terbaik sebelum mengumumkannya kepada publik.
Sementara itu, COO Danantara, Dony Oskaria, mengungkapkan dua skema utama yang sedang dikaji untuk menyelesaikan masalah utang tersebut.
Pertama adalah penambahan ekuitas atau suntikan dana tambahan dari pemegang saham.
Kedua adalah pengambilalihan infrastruktur proyek KCIC untuk dijadikan aset negara, mengikuti model kepemilikan yang digunakan di industri perkeretaapian lainnya.
Sebagai informasi, total investasi proyek KCIC mencapai 7,27 miliar dolar AS atau sekitar Rp120,38 triliun.
Dari jumlah tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga sebesar 2 persen per tahun.
- Penulis :
- Leon Weldrick








