
Pantau - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa pondok pesantren merupakan lembaga yang telah mengabdikan diri selama ratusan tahun dalam membangun peradaban bangsa dan mencetak masyarakat yang beradab.
Pernyataan ini disampaikan dalam Dialog Interaktif dan Podcast bersama Pro 3 Radio Republik Indonesia (RRI) secara virtual, yang membahas peran strategis Program Prioritas (Protas) Kementerian Agama dalam mendukung Asta Cita Pembangunan Nasional.
Pesantren Jadi Lembaga Perjuangan dan Pusat Nilai Moral Luhur
"Pondok pesantren adalah lembaga yang telah mengabdi selama 300 tahun, membangun lahirnya masyarakat yang beradab," ungkap Menag.
Ia mengingatkan kembali peran pesantren di masa penjajahan yang tampil sebagai lembaga perjuangan, didorong oleh semangat tinggi dari para santri dan kyai.
"Di masa perlawanan penjajahan, pondok pesantren tampil sebagai lembaga perjuangan. Pergerakan santri dan kyai waktu itu sangat luar biasa, dengan semangat 'mati syahid atau hidup mulia'," tegas Nasaruddin.
Menag juga menekankan pentingnya nilai-nilai spiritual dalam pendidikan pesantren, terutama dalam membentuk karakter dan kesantunan santri terhadap guru.
"Di pesantren, kita melihat para kyai tampil sebagai individu yang berwibawa di hadapan para santri, dan pada saat yang sama, kita menyaksikan bagaimana para santri bersikap santun kepada guru-gurunya. Inilah fondasi utama yang melahirkan cita-cita untuk menciptakan manusia yang adil dan beradab," ujarnya.
Ia menyoroti keunggulan pesantren dalam mengajarkan nilai moralitas tinggi, kesantunan, keimanan, serta kekayaan sosial dan budaya yang kini semakin langka.
“Dan saya ingin menggarisbawahi bahwa pesantren memiliki keunggulan dalam mengajarkan nilai-nilai yang kini semakin langka, yaitu moralitas yang tinggi, kesantunan yang sangat terpuji, mengasah keimanan, serta mengajarkan kekayaan sosial dan budaya,” tambah Menag.
Pesantren Dorong Ekonomi Lokal dan Kemandirian Sosial
Selain sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga dinilai sebagai motor penggerak ekonomi lokal yang memperkuat kemandirian masyarakat sekitar.
"Pesantren telah lama menjadi motor penggerak ekonomi lokal," kata Nasaruddin.
Ia menjelaskan bahwa kebutuhan pokok pesantren seperti beras, ikan, telur, hingga tenaga kerja dipenuhi langsung oleh masyarakat sekitar.
"Kita tidak perlu lagi repot-repot ke pasar, karena masyarakat setempat yang mendatangkan diri ke pesantren menjual langsung ke dapur," jelasnya.
Menurut Menag, keberadaan pesantren membuktikan bahwa masyarakatnya bersifat produktif, bukan konsumtif.
"Dengan demikian, di mana ada pondok pesantren, di situlah tumbuh kemandirian masyarakat. Masyarakat pesantren itu bukan bersifat konsumtif, tetapi sangat produktif karena menciptakan kemandirian tersebut," tandasnya.
Pernyataan Menag ini menegaskan komitmen Kementerian Agama untuk terus melindungi dan memajukan institusi pendidikan keagamaan berbasis pesantren.
Kemenag memastikan bahwa Program Prioritas berjalan optimal demi tercapainya Asta Cita Pembangunan Nasional yang berlandaskan moralitas dan peradaban luhur.
- Penulis :
- Aditya Yohan