
Pantau - Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka menjadi lokasi uji coba drone listrik DF-L100 yang dikembangkan oleh PT Mimpi Terbang Indonesia (Dreamfly Indonesia) bekerja sama dengan perusahaan asal Tiongkok.
Uji Coba untuk Komersialisasi Logistik Nasional
Executive General Manager (EGM) Bandara Kertajati, Nuril Huda, menyatakan bahwa pihaknya mendukung penuh pelaksanaan uji coba ini.
“Dari kami hanya mempersiapkan fasilitas saja. Sama seperti penerbangan reguler, tugas kami memastikan peralatan dan sarana di bandara laik digunakan,” ungkapnya.
Nuril juga menambahkan bahwa Kertajati sudah beberapa kali menjadi lokasi uji coba teknologi pesawat tanpa awak untuk keperluan riset dan pengembangan.
Ia menekankan bahwa uji coba kali ini berbeda karena diarahkan untuk kebutuhan komersial di sektor logistik.
“Sebelumnya juga pernah ada uji coba drone, tapi tidak untuk komersial. Kalau yang ini, rencananya akan dikembangkan lebih jauh untuk kegiatan pengangkutan barang,” ujarnya.
Spesifikasi dan Potensi Drone DF-L100
Direktur Utama Dreamfly Indonesia, Daniel Tan, menjelaskan bahwa DF-L100 adalah pesawat tanpa awak berbasis listrik dengan jarak tempuh 120 hingga 140 kilometer dan mampu terbang hingga ketinggian 5.000 meter.
“Drone ini hemat energi karena berbasis listrik. Dia bisa terbang otomatis tanpa pilot karena sudah menggunakan sistem kecerdasan buatan (AI), tapi kalau terjadi kondisi darurat, bisa diambil alih secara manual,” ia mengungkapkan.
Drone DF-L100 dirancang untuk meningkatkan efisiensi biaya logistik nasional dan dapat membawa beban hingga 150 kilogram.
Daniel menjelaskan bahwa drone ini cocok untuk pengiriman barang antarpulau, khususnya di daerah terpencil yang memiliki biaya logistik tinggi.
“Kami ingin membantu menurunkan biaya logistik di Indonesia. Misalnya untuk daerah kepulauan seperti Nusa Penida, di mana ongkos kirim barang jauh lebih mahal dibandingkan di daratan Bali,” katanya.
DF-L100 memiliki sistem modular yang dapat disesuaikan untuk berbagai fungsi, termasuk misi penyelamatan dan evakuasi dalam kerja sama dengan instansi seperti Basarnas.
“Drone ini modular, jadi bisa dikustomisasi. Kalau bekerjasama dengan Basarnas, bisa disesuaikan untuk operasi kemanusiaan atau evakuasi,” tambah Daniel.
Saat ini, uji terbang DF-L100 masih menunggu izin operasi khusus dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Daniel menegaskan bahwa uji coba dilakukan untuk memastikan keamanan dan stabilitas sistem sebelum produksi massal dan peluncuran komersial.
Dreamfly Indonesia juga merencanakan pengembangan drone versi baru dengan kapasitas angkut hingga 400 kilogram untuk mendukung pengiriman logistik antarpulau.
“Ini yang sangat luar biasa, karena sejauh ini saya pikir belum ada drone yang bisa terbang setinggi itu,” ujar Daniel.
- Penulis :
- Shila Glorya