Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Kementerian ESDM Akan Investasi Pembangunan 52 Smelter

Oleh Tatang Adhiwidharta
SHARE   :

Kementerian ESDM Akan Investasi Pembangunan 52 Smelter

Pantau.com - Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan investasi untuk pembangunan 52 fasilitas pemurnian dan pengolahan atau smelter hingga 2023 mendatang sekitar USD20,4 miliar.

"Investasinya sekitar USD20,4 miliar," kata Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono di Jakarta, Kamis (12/3/2020).

Saat ini, telah ada 17 smelter eksisting dengan rincian 11 smelter nikel, dua smelter bauksit, satu smelter besi, dua smelter tembaga, dan satu smelter mangan. Ada pun rencananya akan ada penambahan 18 smelter nikel, tujuh smelter bauksit, tiga smelter besi, dua smelter tembaga, satu smelter mangan dan empat smelter timbal dan seng.

Baca juga: Bakal Serap Tenaga Kerja, Deposit Bijih Tembaga-Emas Ditemukan di Sumbawa

Berdasarkan data yang diterima, rencana investasi smelter paling besar yakni untuk bauksit sebesar USD7,95 miliar. Disusul kemudian oleh nikel dengan USD7,62 miliar.

Selanjutnya, rencana investasi smelter tembaga diperkirakan butuh sebesar USD4,69 miliar, besi sebesar USD67,9 juta, timbal dan seng sebesar USD35,9 juta dolar dan mangan sebesar USD23,9 juta.

"Tembaga yang paling besar seperti kita ketahui ini dari Freeport dan Amman (PT Amman Mineral Nusa Tenggara) yang sedang membangun," imbuhnya.

Bambang menambahkan, khusus smelter nikel, meski rata-rata saat ini pembangunannya baru mencapai 30-40 persen, pemerintah optimistis pembangunan bisa selesai pada 2022 atau paling lambat awal 2023. "Ini (nikel) memang baru mulai tapi ini ke depan jadi masa depan negara ini karena untuk baterai. Ke depan jadi penting walaupun investasinya mahal," katanya.

Baca juga: Freeport Keluarkan Kocek 600 Juta Dolar AS untuk Bangun Smelter

Bambang mengakui adanya gangguan pada pembangunan smelter nikel karena dampak virus corona. Terutama bagi smelter yang masih dalam tahap konstruksi.

Oleh karena itu, Kementerian ESDM akan memfasilitasi agar investor-investor di bidang smelter yang terganggu itu agar bisa dipertemukan dengan investor lain atau perbankan guna membantu kelancaran pendanaan investasi mereka.

"Kita bantu all out untuk investasinya dan lakukan pengawasan secara ketat. Jadi meski nikel distop (ekspornya) tapi pengawasan tetap kita lakukan," pungkas Bambang.

Penulis :
Tatang Adhiwidharta