
Pantau.com - Juventus secara resmi memperkenalkan pelatih anyar, Maurizio Sarri lewat konferensi pers. Pada kesempatan itu, Sarri memaparkan ide dan juga perasaannya membesut juara Serie A delapan musim berturut-turut.
Well, Sarri meninggalkan Chelsea seusai membawa klub asal London itu juara Liga Europa. Ia dikontrak Juventus selama tiga musim ke depan. Memang, Sarri sebelumnya bukanlah pelatih yang memiliki catatan mentereng bak Pep Guardiola yang langsung membesut sebuah tim besar. Bahkan, mantan bankir itu pernah melatih tim Serie C, B dan Serie A di Napoli.
Memiliki sistem permainan yang berbeda dengan pelatih lain, membuat Chelsea tertarik menggunakan jasanya pada musim 2018/2019. Hasilnya, ia mampu membawa The Blues kembali berkiprah di Liga Champions musim depan.
Baca Juga: Maurizio Sarri Resmi Latih Juventus
"Saya senang berada di sini (Juventus). Anda memerlukan ide-ide yang jelas dalam perjalanan Anda. Sebelumnya, Saya mendukung Napoli karena saya lahir di Naples dan saya mendapat ide bahwa kami bisa bersaing di tingkat nasional, jadi saya memberikan segalanya," buka Sarri dalam konferensi pers, Kamis (20/6/2019).
"Dalam beberapa bulan terakhir di Napoli, saya memiliki keraguan antara kasih sayang saya kepada klub dan penggemar, secara profesional saya merasakan perjalanan di sana telah berakhir. Saya menerima tawaran, tetapi lebih suka pergi ke luar negeri, karena saya tidak ingin pindah langsung ke klub Italia lainnya," lanjut Sarri menceritakan perjalanan karirnya.
Memilih Juventus merupakan tantangan bagi Sarri, di mana selama karirnya, ia belum pernah melatih klub yang memiliki visi besar ke depan. Lantas, pria berusia 60 tahun itu merasa terhormat bisa melatih Si Nyonya Tua -julukan Juventus-.
"Juventus memberi saya kesempatan itu dan itu adalah momen puncak dalam karir, 80 persennya sangat sulit. Saya merasa bahwa saya telah menghormati semua orang dengan memberikan segalanya," imbuhnya.
"Ketika Juventus menghubungi saya, sensasinya begitu luar biasa. Saya belum pernah melihat klub yang bertekad untuk mendapatkan pelatih selama 30 tahun saya di sini (Italia) dan itulah yang meyakinkan saya," paparnya.

Sarri ketika tiba di markas Juventus. (Foto: Juventus.com)
Senang Kembali ke Serie A
Musim ini, Serie A diprediksi bakal kompetitif. Di mana saingan Juventus mencoba mengubah hal yang fundamental seperti pelatih. Sarri pun mengakuinya.
"Saya senang dengan Serie A musim ini, karena ada kembalinya Antonio Conte (Inter), Marco Giampaolo di Milan, kedatangan bakat yang menarik seperti Paulo Fonseca di AS Roma dan di Sassuolo seorang pria yang saya kagumi, Roberto De Zerbi. Saya melihat situasi yang cemerlang," ujar mantan pelatih Hellas Verona itu.
"Saya berharap untuk bangun di pagi hari dan belajar bagaimana memenangkan pertandingan. Jika sebuah klub mencoba menggali sebuah gagasan bahwa kemenangan adalah milik mereka, kemudian ada kesalahan, Anda harus keluar untuk menang," jelasnya.

Cristiano Ronaldo ketika mencetak hattrick ke gawang Atletico Madrid. (Foto: Reuters)
Liga Champions
Terakhir Juventus sukses di kompetisi Eropa yakni pada 1996. Juventini -sebutan untuk fans Juventus- begitu merindukan momen itu. Karena itu, musim lalu, tim asal Turin itu membawa megabintang Cristiano Ronaldo, sayangnya tim asuhan Massimiliano Allegri dihentikan langkahnya oleh Ajax di perempatfinal.
Kini Juventus mencoba mengubah strategi dan pola permainan tim dengan mendatangkan Sarri. Karena itu, tugas dan tanggung jawab kini berada di tangan pria yang menghabiskan 80 batang rokok selama sehari itu.
"Adapun Liga Champions, Juventus jelas ingin menang, tetapi juga menyadari ada delapan atau sembilan tim lain yang berada dalam situasi yang sama. Saya merasa ada lebih banyak tanggung jawab untuk menang di Italia. Di Eropa, ada mimpi, hasrat untuk memenangkan sesuatu yang memiliki koefisien sulit yang luar biasa," jawabnya.

Maurizio Sarri ketika memberikan instruksi. (Foto: Reuters)
Sistem Permainan
Sarri memiliki sistem permainan yang dikenal dengan Sarriball. Strategi ini memainkan pola menyerang alias attacking football. Namun, dirinya mengakui tidak terlalu memaksakan kehendaknya karena ia juga melihat kekuatan dari tim yang ditukangi.
Sarriball dikenal saat Sarri membesut Napoli. Sayangnya, ketika menangani Chelsea, ia memainkan pola yang berbeda dengan memberikan kebebasan pada Eden Hazard.
Baca Juga: Dear Juventini, Kenali Kelebihan dan Kekurangan Sarri-Ball
"Anda tidak dapat memulai sebuah sistem dan menginstruksikan pemain begitu saja. Kita harus mengidentifikasi dua atau tiga pemain yang dapat membuat perbedaan. Langkah ketiga adalah berbicara dengan para pemain, mendengarkan mereka dan kemudian melihat sistem apa yang bisa kita gunakan," ungkap Sarri.
"Dalam beberapa tahun terakhir, saya menggunakan 4-3-3, tetapi 4-3-3 di Chelsea sangat berbeda dengan yang ada di Napoli. Kami harus melakukan pendekatan karakteristik karena ada Eden Hazard, ia dapat mengubah permainan, tetapi juga kehadirannya menyebabkan masalah dalam hal pertahanan jadi kami harus bekerja," paparnya.
Karena itu, Sarri mencoba 'luwes' melakukan pendekatan mengenai taktik yang diusung. Karena, ia merasa pengalaman membesut tim sebelumnya menjadi pelajaran berharga. Kini bersama Juventus, ada rasa bangga yang membuatnya begitu emosional.
"Saya menggunakan 4-3-1-2 sebelum 4-3-3, jadi kita lihat saja nanti. Jika saya memiliki tahun yang penuh emosi seperti yang Anda pikir, maka saya akan mengalami serangan jantung bertahun-tahun yang lalu. Saya tidak akan pindah dari liga amatir langsung ke Juventus, saya melewati Serie C, B, A, Premier League dan Juventus.
"Ini semua adalah langkah maju dalam karir saya, ini yang saya harapkan. Jadi ya, itu begitu emosional untuk berada di sini, tetapi bukan seolah-olah saya orang baru dalam lingkup ini.
- Penulis :
- Tatang Adhiwidharta










