Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Kaleidoskop Dunia 2018: Korea Berdamai, Trump 'Lelah' Berperang

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Kaleidoskop Dunia 2018:  Korea Berdamai, Trump 'Lelah' Berperang

Pantau.com - Dunia internasional di tahun ini dikejutkan dengan beberapa pertemuan politik oleh pemimpin berpengaruh dunia, seperti pertemuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Korea Selatan Moon Jae-in, Donald Trump dengan Vladimir Putin.

Selain itu, kasus kematian misterius wartawan Arab Jamal Khashoggi juga menyita perhatian dunia, ketegangan Rusia dan Ukraina, hingga ditutup dengan pengumuman mengejutkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang menyatakan menarik pasukan militernya dari Suriah dan Afghanistan. Berikut kaleidoskop internasional di tahun 2018.

Perdamaian Korea

Presiden Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae In. (Foto: Reuters)

Tahun 2018 menjadi titik balik dalam hubungan Korea Utara dan Korea Selatan. Ketegahan di Semenanjung Korea dikhawatirkan meletus menjadi perang baru. Pada 27 April 2018, pemimpin Korea Utara Kom Jong-un melintasi garis perbatasan yang memisahkan dua Korea.

Ia menjadi pemimpin pertama Korea Utara pertama yang menginjakkan kaki di Selatan sejak Perang Korea mengalami gencatan senjata pada 1953.

Dalam pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Kim mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut adalah babak baru bagi proses perdamaian di Semenanjung Korea. Ada tiga hal yang menjadi isu utama KTT tersebut, yakni denuklirisasi Semenanjung Korea, pemulihan hubungan bilateral, dan penyelesaian resmi Perang Korea yang sebelumnya hanya diakhiri lewat gencatan senjata pada 1953.

KTT tersebut menghasilkan Deklarasi Panmunjomm, yang mempromosikan kesejahteraan bersama, menghapus ketegangan militer dan risiko perang dan Korut dan Korsel akan secara aktif bekerjasama untuk membentuk rezim perdamaiann permanen di Semenanjung Korea.

Baca juga: Soal Penarikan Pasukan AS di Suriah, Delegasi Turki akan Bertemu Rusia

Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump

Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden AS Donald Trump. (Foto: Reuters/Jonathan Ernst)

Pada 12 Juni, mungkin menjadi saat yang paling dinantikan dunia, yakni pertemuan muka Kim Jong-un dan Donald Trump, yang keduanya sepakat untuk menggelar KTT di Pulau Sentosa, Singapura.

KTT AS-Korea Utara menghasilkan empat poin yakni, Washington dan Pyongyang berkomitmen untuk membangun hubungan baru yang didasari atas kemauan rakyat kedua negara atas perdamaian dan kesejahteraan, bekerjasama untuk mewujudkan perdamaian stabil di Semenanjung Korea.

Hal itu juga menegaskan kembali Deklarasi Panmunjom yang di mana Korut berkomitmen untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea, serta penyelesaian soal tahanan dan jasad tentara yang hilang, termasuk repatriasi jasad yang telah teridentifikasi. Meski demikian, Korea Utara dan AS dikabarkan masih berbeda pendapat soal prosedur denuklirisasi yang akan ditempuh. Hingga kini, detailnya masih belum jelas. 

Pertemuan Trump dengan Putin


Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump. (Foto: Reuters)

Dua sosok berpengaruh dalam politik dunia, Donald Trump dan Vladimir Putin, mengadakan pertemuan empat mata di Helsinki, Finlandia, 16 Juli 2018. Ini adalah pertemuan resmi pertama antara kedua kepala negara.

Dalam konferensi pers Trump menyangkal keterlibatan Rusia dalam Pemilihan Presiden AS 2016. Pernyataan tersebut kemudian ditanggapi Putin yang menegaskan bahwa Rusia tidak mencampuri pemilihan yang memenangkan Trump sebagai presiden.

Isu Perang Suriah juga menjadi fokus pembicaraan Trump dan Putin. Mereka sama-sama mengungkapkan bahwa AS dan Rusia sedang mengatur kerja sama dengan Israel untuk mendukung genjatan senjata di Suriah, namun alpa mengelaborasi langkah apa yang diambil.

Kematian wartawan Arab Jamal Khashoggi


Jamal Khashoggi. (Foto: Reuters)

Dunia internasional dikejutkan dengan berita pembunuhan terhadap wartawan Arab Jamal Khashoggi (59). Khashoggi merupakan seorang kolumnis untuk surat kabat The Washington Post, ia terkenal dengan berbagai tulisannya yang kritis terhadap kebijakan pemerintah Arab Saudi, khususnya terkait dengan Pangeran Muhammad bin Salman.

Khashoggi menulis kolom untuk harian Washington Post di mana isinya mengkritik kebijakan MBS yang telah menimbulkan krisis kemanusiaan terparah sampai penculikan Perdana Menteri Libanon Saad Hariri. Khashoggi pun dianggap pembangkang oleh pemerintah Saudi.

Pada 2 Oktober, Jamal Khashoggi mendatangi Saudi di Istanbul, Turki, untuk mengurus dokumen pernikahannya. Sejak memasuki kantor konsulat tersebut, Khashoggi tidak pernah terlihat keluar dari gedung tersebut. Arab Saudi mengaku tidak mengetahui keberadaan wartawan tersebut hingga sepekan kemudian Saudi menyatakan bahwa Khashoggi terbunuh dalam perkelahian di Konsulat Saudi.

Sejumlah pejabat Turki dan pihak berwenang meyakini bahwa Khashoggi disiksa secara brutal dalam kantor tersebut dan dibunuh oleh tim 'algojo' beranggotakan 15 orang yang diterbangkan dari Saudi. Momen penyiksaan itu direkam lalu mayat Khashoggi dimutilasi dan secara diam-diam dibawa keluar dari konsulat.

Pembunuhan Khashoggi memicu tekanan dari dunia internasional, seperti Jerman, Prancis, Denmark memberikan sanksi kepada Arab Saudi dan menyerukan untuk mengungkapkan pelaku dibalik pembunuhan tersebut. CIA dalam laporannya mengklaim bahwa Putra Mahkota telah terlibat dalam pembunuhan tersebut, namun sampai saat ini Arab Saudi membantah pernyataan itu dan menegaskan bahwa Kerajaan tidak terlibat dalam kasus tersebut.

Baca juga: Kasus Jamal Khashoggi Bukan Krisis Bagi Arab Saudi

Ketegangan Ukraina-Rusia


Kapal Ukraina yang ditahan di Selat Kerch terlihat dalam gambar dari video yang dirilis oleh layanan keamanan Federal Rusia. (Foto: Reuters)

Rusia menahan tiga kapal Angkatan Laut Ukraina dan awaknya pada Minggu (26 November 2018) karena memasuki perairan Rusia secara ilegal. Penyanderaan dua kapal Ukraina beserta awaknya oleh tentara Rusia di Laut Hitam berbuntut pada pemberlakuan status darurat militer dari Kiev, Selasa (27 November 2018).

Aksi pasukan Rusia tersebut kemudian membuat Amerika membatalkan rencana pertemuan Trump dan Putin di KTT G20 di Argentina.

Adapun pihak Rusia melakukan pembelaan diri. Rusia berdalih aksi penangkapan tersebut dilakukan lantaran dua kapal Ukraina telah melanggar batas wilayah yang berada di pesisir Crime (Krimea), yang sebelumnya telah diperingtakan untuk berhenti. 

Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Presiden Ukraina Petro Poroshenko mendalangi provokasi angkatan laut di Laut Hitam guna menaikkan peringkat popularitasnya yang goyah sebelum pemilihan tahun depan. Putin juga mengatakan Ukraina berhasil menggunakan kesempatan itu untuk menjual sentimen anti-Rusia, yang kemudian Barat siap untuk memaafkan para politisi Ukraina atas kekurangan mereka karena membeli narasi yang Kiev promosikan.

AS menarik pasukannya dari Suriah dan Afghanistan

Militer AS di Suriah. (Foto: Reuters/Rodi Said)

Amerika Serikat akan mulai menarik pulang pasukan militernya dari Suriah. Setelah Presiden Donald Trump menyatakan kemenangan pihaknya atas teroris Daesh di daerah konflik itu. Setelah pengumuman itu, pejabat AS menyatakan bahwa dalam 24 jam, semua staf Departemen Luar Negeri AS akan dievakuasi dari Suriah dalam waktu 60 hingga 100 hari. 

Selain itu, Trump berencana untuk menarik lebih dari 5.000 dari 14.000 pasukan AS di Afghanistan, kata seorang pejabat AS pada Kamis (20 Desember 2018). Hal tersebut menjadi tanda terbaru kesabaran Trump yang menipis dengan perang panjang Amerika dan intervensi militer luar negeri.

Langkah Trump tersebut memicu pertentangan salah satunya Menteri Pertahanan AS Jim Mattis yang menyatakan mengundurkan diri setelah berselisih atas kebijakan luar negeri sang presiden. Jim Mattis telah menegaskan untuk tetap mempertahankan pasukan militer AS di Afghanistan untuk meningkatkan upaya diplomatik perdamaian. Mattis mengundurkan diri setelah Trump kemungkinan akan menarik pasukan militer AS.

Setelah Jim Mattis, Brett McGurk yang merupakan utusan khusus Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam perang melawan ISIS mengundurkan diri, hal tersebut diduga keputusan pengunduran diri Menteri Pertahanan Jim Mattis

Penulis :
Noor Pratiwi