
Pantau.com - Tingkat radiasi di Kepulauan Marshall, tempat pemerintah AS menguji persenjataan nuklirnya selama Perang Dingin, bahkan lebih tinggi daripada yang ditemukan di Fukushima dan Chernobyl.
Dilansir dari RT, Kamis (18/7/2019), berdasarkan penelitian peer-review yang diterbitkan ilmuwan Universitas Columbia di New York, menemukan bahwa tes sampel tanah yang diambil dari empat pulau mengandung tingkat radiasi lebih tinggi daripada yang ditemukan di lokasi dua bencana pembangkit listrik tenaga nuklir terburuk dalam sejarah, di Jepang dan Ukraina. Di salah satu pulau, konsentrasi partikel radioaktif ditemukan lebih tinggi sebesar 1.000.
Satu penemuan yang sangat mengganggu adalah keberadaan plutonium-238 di Naen, di sebuah pulau di Rongelap Atoll, sekitar 100 mil jauhnya dari lokasi pengujian di Bikini, Enjebi dan Runit.
Baca juga: Rahasia Aliran Uang Terbesar China Akhirnya Terungkap
Isotop itu bukan produk utama, tetapi umumnya terkait dengan limbah nuklir, meningkatkan kemungkinan bahwa Naen digunakan sebagai tempat pembuangan.
"Kami tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa itulah yang terjadi," kata Ivana Nikolic Hughes, seorang profesor kimia di Columbia.
Studi lain juga menguji buah dari beberapa pulau dan menemukan bahwa tingkat kontaminasi berada di atas tingkat keamanan yang ditetapkan di negara-negara yang terkena dampak kejatuhan nuklir termasuk Rusia, Ukraina, Belarus, dan Jepang.
Baca juga: DPR AS Minta Pentagon Diselidiki Terkait Penggunaan Senjata Biologis
Sekadar informasi, Pemerintah AS melakukan 67 uji coba nuklir di kepulauan Pasifik Selatan antara tahun 1946 dan 1958, selama perang senjata dengan Uni Soviet. Latihan itu meninggalkan jejak kontaminasi di 21 pulau yang kira-kira setengah jalan antara Hawaii dan Australia. Meskipun hanya mewakili 6 persen dari total aktivitas pengujian bom nuklir AS, denotasinya bertanggung jawab atas lebih dari setengah energi total yang dikeluarkan.
Yang paling terkenal dari mereka terjadi di Bikini Atoll, di mana Operation Crossroads dan Operation Castle diluncurkan masing-masing pada tahun 1946 dan 1954. Yang pertama telah digambarkan sebagai bencana nuklir pertama di dunia. Sementara yang terakhir menghasilkan ledakan (Kastil Bravo) 1.000 kali lebih kuat daripada ledakan yang disebabkan oleh bom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II.
Pada tahun 1968, Presiden AS Lyndon Johnson mengizinkan beberapa ratus untuk kembali. Segera setelah itu, para peneliti menemukan bahwa kontaminasi nuklir telah memasuki rantai makanan. Bikini ditinggalkan lagi, dan tidak ada penduduk yang kembali ke pulau itu sejak 1978.
- Penulis :
- Widji Ananta