
Pantau.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin rapat kabinet darurat pada Minggu (02/12) untuk membahas langkah-langkah menangani aksi protes yang diwarnai kekerasan di Paris. Dalam hal ini, pertimbangan pemerintah adalah memberlakukan keadaan darurat.
Seorang juru bicara pemerintah, Benjamin Griveaux, mengatakan pemberlakukan keadaan darurat merupakan opsi yang mungkin saja ditempuh.
"Kami harus memikirkan langkah-langkah yang dapat diambil sehingga insiden-insiden ini tidak terjadi lagi," jelas Griveaux kepada stasiun radio Europe 1.
Baca juga: Desak Kasus Khashoggi, Erdogan: Kami Tak Punya Kepentingan Rusak Arab Saudi
Sebelumnya, kerusuhan bermula dari aksi unjuk rasa menentang kenaikan pajak bahan bakar minyak (BBM) yang kemudian berkembang menjadi demonstrasi menentang kenaikan biaya hidup.
Meskipun aksi sebagian demonstran berjalan damai, sebagian pemrotes bentrok dengan aparat keamanan dan menaiki gapura terkenal di Paris, Arc de Triomphe, dalam unjuk rasa pada Sabtu (1/12/2018).
Baca juga: Kicauan Pengamat Politik Hingga Musisi Soal Viral Nikahan Crazy Rich Surabayan
Lebih dari 100 orang mengalami luka, termasuk 23 anggota pasukan keamanan. Sejauh ini kepolisian telah menangkap 400 orang.
Di kawasan perbelanjaan Champs-Elysées, polisi menembakkan gas air mata, granat kejut dan meriam air. Kelompok pemrotes yang mengenakan masker melemparkan proyektil dan membakar gedung-gedung.
Presiden Macron kembali dari KTT G20 di Argentina pada Minggu pagi dan langsung meninjau kerusakan yang terjadi di Arc de Triomphe.
- Penulis :
- Nani Suherni