
Pantau.com - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 2018 yakni Rp328,6 triliun.
Pihaknya mencatat jumlah realisasi PMDN menunjukkan peningkatan sebesar 25,3 persen, dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp262,3 triliun.
"PMDN ya sebagaimana semua bisa lihat, PMDN tumbuh sangat sehat dan berhasil mengkompensasi penurunanan PMA," ujar kepala BKPM Thomas Lembong, saat menggelar jumpa pers di kantor BKPM, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (30/1/2019).
Baca juga: Bikin Deg-degan...Rupiah Makin Dekat ke Level Rp13.000-an
Tom menambahkan, ada beberapa penyebab yang membuat investasi dalam negeri tumbuh pesat. Salah satunya yakni pelemahan rupiah. Sentimen ini membuat wisata dalam negeri lebih digemari.
Kondisi ini membuat ketertarikan bagi para investor untuk menanamkan dananya di sektor ini. Akhirnya hal ini dianggap turut menyumbang peningkatan cukup tinggi di sektor properti dan real estate.
"Hemat saya ada beberapa faktor. Misalnya, pelemahan rupiah, investasi keluar negeri menjadi mahal untuk pelaku domestik. Pelemahan rupiah untuk jalan jalan luar negeri jadi mahal kan. Jadi wisatanya ke tujuan domestik," ujarnya.
Baca juga: Salah Bilang China Paling Banyak Investasi di Indonesia, Nih Datanya!
"Kira-kira gini, saya pribadi melihatnya PMDN ini agak di dominasi investasi di bangunan. Properti dan real estate. itu bisa dimengerti," imbuhnya.
Lebih lanjut kata dia, ada tiga sektor yang tercatat menjadi motor penggerak investasi, yakni, Smelter, perdagangan elektronik (elektronic commerce/e-commerce) kemudian pariwisata dan lifestyle.
"Nomer dua dan tiga ini, akan memicu investasi di bangunan. E-commerce ini dampak multi investaisnya banyak, mereka kan memeperluas karyawan mereka, mereka butuh kantor kan, itu juga investasi di aspek logisitik seperti pergudangan, Ketiga, pariwisata (juga) akan dorong investasi perhotelan dan kawasan wisata," terangnya.
Baca juga: Latvia, Negara Berumur 27 Tahun Pilih Euro daripada Mata Uang Negaranya
Tom juga menuturkan, bahwa ia sempat berbincang dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengenai okupansi hotel di Surabaya yang sudah mencapai 90 persen dan pertumbuhan retribusi dan perpajakan tumbuh 20 persen per tahun.
"Itu contoh, dimana sektor wisata seperti perhotelan benar-benar berkembang. Sektor wisata juga bisnis travel itu bolak-balik ngomongin bisnis. Itu juga mendukung perkembangan investasi," pungkasnya.
- Penulis :
- Nani Suherni