billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Google Klarifikasi Kesalahan Data Kurs Rupiah di Pencarian

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Google Klarifikasi Kesalahan Data Kurs Rupiah di Pencarian
Foto: Tangkapan layar hasil google pencarian yang menampilkan nilai tukar rupiah Rp8.170 per Dolar AS (x.com/GeneralSonCast)

Pantau - Google memberikan klarifikasi terkait kesalahan informasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang muncul di pencarian pada Sabtu (1/2/2025) sore. Data tersebut menampilkan nilai tukar rupiah sebesar Rp8.170,65 per dolar AS, jauh dari nilai sebenarnya.

"Kami menyadari adanya masalah yang memengaruhi informasi nilai tukar rupiah di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari penyedia pihak ketiga," ujar perwakilan Google dalam pernyataan resminya.

Setelah menerima laporan ketidakakuratan tersebut, Google segera menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan. "Begitu mengetahui ketidaksesuaian ini, kami langsung meminta penyedia data untuk segera melakukan koreksi," tambahnya.

Dilansir Tempo.co, selain rupiah, kesalahan juga terjadi pada nilai tukar mata uang lain, seperti euro yang ditampilkan sebesar Rp8.348,50, jauh di bawah nilai aslinya sekitar Rp16.889 per euro. Sementara itu, sehari sebelumnya, pada Jumat (31/1/2025), kurs rupiah di penutupan perdagangan melemah 49 poin atau 0,3 persen ke Rp16.305 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.257. Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan pelemahan ke Rp16.312 per dolar AS dari Rp16.259.

Baca juga: Pelemahan PMI Jasa AS Untungkan Nilai Tukar Rupiah

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menegaskan bahwa angka yang muncul di Google tidak mencerminkan nilai tukar sebenarnya. "Kurs US$/IDR di Google yang tercatat Rp8.100 bukan nilai yang sesuai dengan kondisi pasar," ujarnya dalam pernyataan resmi.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menduga kesalahan ini bisa saja disebabkan oleh serangan peretas. Ia berpendapat bahwa kelompok tertentu mungkin sengaja memainkan angka kurs rupiah sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto, yakni 8 persen. Menurutnya, angka Rp8.000 per dolar AS yang muncul di Google bisa jadi sindiran bahwa target tersebut hanya dapat dicapai jika rupiah benar-benar berada di level tersebut.

Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi dari berbagai pihak menunjukkan perbedaan signifikan. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,8 persen hingga 5,1 persen, sedangkan Kementerian Keuangan memproyeksikan 5,2 persen. Bahkan, BI sempat merevisi proyeksinya menjadi 3,3 persen akibat tantangan ekonomi global dan domestik.

Ibrahim juga menyoroti tantangan ekonomi yang dihadapi masyarakat kelas menengah ke bawah, terutama risiko meningkatnya pengangguran. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah pun dinilai belum tentu optimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika konsumsi masyarakat meningkat tetapi investasi stagnan, maka pertumbuhan ekonomi sulit mencapai target ambisius.

Baca juga: Data Ekonomi AS Melandai Buka Ruang Penguatan Nilai Tukar Rupiah

Dari sisi global, kebijakan Presiden AS Donald Trump juga menjadi faktor yang dikhawatirkan berdampak pada ekonomi Indonesia. Ketegangan dagang antara AS dengan China, Eropa, Kanada, dan Meksiko diprediksi memanas pada awal 2025. Trump juga mengancam sanksi 100 persen bagi negara anggota BRICS yang tidak menggunakan dolar AS dalam transaksi internasional. Selain itu, The Federal Reserve (The Fed) tetap mempertahankan suku bunga meski Trump meminta penyesuaian, yang berpotensi memicu gejolak pasar keuangan.

Ibrahim memperkirakan kesalahan kurs di Google hanya bersifat sementara. "Kemungkinan besar ini hanya gangguan sesaat, dan pada Senin akan kembali normal," tutupnya.

Penulis :
Latisha Asharani
Editor :
Latisha Asharani