HOME  ⁄  Ekonomi

Wow! Pengobatan Dokter Terawan Dirancang Jadi Medical Tourism, Kerek Devisa Nih

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Wow! Pengobatan Dokter Terawan Dirancang Jadi Medical Tourism, Kerek Devisa Nih

Pantau.com - Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto mulai bekerja sama mengembangkan medical tourism.

Setidaknya 1.000 pasien dari Vietnam mulai ditargetkan untuk program kerjasama di bidang Medical Digital Subtraction Angiography (DSA) atau pengobatan yang seringkali disebut Cuci Otak Ala Terawan.

Kerjasama ini dilakukan bersama PT. Clinique Suisse sebagai penyedia jasa medical tourism. Dr Terawan yang merupakan penggagas pengobatan DSA sekaligus kepala RSPAD Gatot Soebroto ini menyampaikan program ini dilakukan untuk menggalakan medical tourism.

Baca juga: Awas! Kamu Salahi Aturan, Pasang Iklan di Mobil Enggak Gratis Lho...

Wow! kalau begini mungkin Indonesia bisa mirip dengan Korea Selatan ya sobat yang mengembangkan medical tourism dijasa operasi plastik. Tentunya ini bisa menambah devisa negara nih. 

"MOU antara RSPAD Gatot Soebroto dengan PT Clinique mengakomodir penangan kesehatan, dalam hal ini medical DSA treatment untuk 1000 orang dari Vietnam dalam rangka menggalakan medical tourism," kata dr.Terawan Agus Putranto, Sp.Rad, dalam sambutan di Gedung Dr. Satrio, RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Senin (12/11/2018).

Baca juga: Ekspor Mobil Korsel Melonjak, Kalau di Indonesia Harganya Segini

Komisaris Utama PT Clinique Suisse, Harianto mengatakan layanan yang diberikan dr. Terawan dengan menggunakan alat DSA ini dinilai sudah banyak dikenal baik di luar maupun di dalam negeri hingga luar negeri, sehingga pihaknya tertarik untuk menyediakan jasa medical tourism ini. 

"Treatment ini menjadi satu unggulan yang bisa dijalankan untuk menembus pasar mancanegara, kami sudah uji coba mendatangkan pasien dari Vietnam mendapatkan hasil yang luar biasa, ini adalah satu bentuk periklanan dari mulut ke mulut, banyak sekali yang berminat sehingga kami menganjurkan ini untuk menggairahkan wisata dan hubungan bilateral," paparnya. 

Penulis :
Nani Suherni