
Pantau.com - Pariwisata menjadi sektor andalan dalam mendukung strategi kebijakan penguatan cadangan devisa karena memiliki "balance of payments" atau neraca pembayaran yang selalu surplus.
"Devisa yang diperoleh dari kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) atau inbound dengan uang yang dibelanjakan oleh wisatawan nasional (wisnas) yang berwisata ke luar negeri atau outbound menunjukkan angka positif," kata Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerja Sama Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (16/8/2018).
Baca juga: Kenaikan Impor Juli 62,17 Persen, Menko Darmin: Waduh Serem Amat
Ia mengatakan, data "balance of payment" pariwisata yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) maupun Bank Indonesia (BI) dalam empat tahun terakhir menunjukkan surplus.
Hal ini karena antara ekspor (berupa pendapatan devisa dari kedatangan wisman ke Indonesia) dibandingkan impor (berupa pengeluran wisnas di luar negeri) menunjukkan angka positif.
"Sektor pariwisata dalam menghasilkan devisa perlu mempersiapkan produk wisata yang menarik serta melakukan promosi yang gencar yang membutuhkan waktu sekitar enam bulan," tambahnya.
Baca juga: Pengusaha Sudah Pasang 'Kuda-kuda' Atasi Kenaikan Suku Bunga Acuan
Ia menjelaskan, tren perolehan devisa pariwisata yang terus meningkat dalam empat tahun belakangan ini seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia yang pada 2017 sebanyak 14,01 juta wisman.
Pada tahun ini, ditargetkan sebanyak 17 juta wisman dan meningkat menjadi 20 juta wisman dengan perolehan devisa sebesar Rp280 triliun pada tahun depan.
Data "balance of payment" pariwisata yang dikeluarkan BI pada 2016 menunjukkan surplus sebesar 3,688 miliar dolar AS. Nilai ekspor sebesar 11,238 miliar dolar AS, sedangkan nilai impor sebesar 7,549 miliar dolar AS.
- Penulis :
- Nani Suherni