
Pantau.com - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan apa yang disebut tindakan dramatis "formula ajaib" untuk memulihkan negaranya, sementara inflasi yang tidak terkendali, pemadaman listrik dan kelaparan mendorong jutaan orang untuk melarikan diri dari apa yang dulunya negara terkaya di Amerika Selatan.
Penjaga toko dan banyak warga awam skeptis, khawatir situasi akan semakin buruk, bahkan sementara negara itu dilanda gempa berkekuatan 7,3 pada Selasa (21/8/2018) malam.
Dengan situasi ekonomi semakin memburuk dari hari ke hari dan orang kemana-mana membawa tumpukan uang, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan devaluasi mata uang 96 persen dan menaikkan upah minimum sampai 60 persen, menyebutnya "revolusi besar ekonomi."
Baca juga: Bukan Hanya dari Indonesia, Pedagang China Ini Jual Atribut di Venue Asian Games
"Program pemulihan ekonomi ini adalah yang paling lengkap, paling bisa dipahami, hasil kajian yang paling baik, dan sangat relevan dengan realita bersejarah Venezuela untuk sepenuhnya memulihkan situasi ekonomi yang selama ini diderita rakyat Venezuela, produk perang ekonomi nasional dan internasional oleh musuh negara," ujar Maduro dikutip VoA.
Pakar ekonomi Angel Alvarado mengecam langkah ekstrem Maduro.
"Langkahnya saat ini sangat buruk. Keputusan ini lebih buruk daripada keputusan dulu karena tidak mungkin melakukan itu. Menurut saya, ia menjalani kehidupan yang utopis," ujarnya.
Bahkan saat ini, kota-kota lebih sunyi dari biasanya karena pemilik toko dan rakyat mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan radikal itu.
Baca juga: LRT Jakarta Selangkah Lagi Peroleh Izin Operasi dari Dishub
Seorang warga kebingungan dengan nilai mata uang mereka. Pasalnya saat nilai mata uang mereka 248.472.02 per Dolar AS. Jika di Rupiahkan 1 bolivar Rp0.059.
"Saya akan menjadi lebih miskin. Kita semua semakin miskin," kata warga lainnya.
Kekacauan dan kekurangan pangan di Venezuela memaksa jutaan orang melarikan diri dari negara itu, banyak dari mereka ke negara tetangga, Brazil. Ketegangan sosial di kota perbatasan Brazil, Pacaraima, memicu reaksi kekerasan hari Sabtu, memaksa sekitar 1.200 warga Venezuela kembali ke kondisi yang menyedihkan di tanah air.
- Penulis :
- Nani Suherni