Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Ramai Perang Cuitan Utang Jokowi Vs SBY, Ini Pembelaan Istana

Oleh Nani Suherni
SHARE   :

Ramai Perang Cuitan Utang Jokowi Vs SBY, Ini Pembelaan Istana

Pantau.com - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Rachland Nashidik melalui akun Twitter-nya  @RachlanNashidik menyampaikan jumlah utang Pemerintah Jokowi-JK selama 4 tahun menjabat mencapai Rp2.800 triliun.

Jumlah tersebut menurutnya, dinilai cukup jauh dari jumlah total utang Pemerintah SBY selama 10 tahun yakni sebesar Rp1.300 triliun. 

"SBY selama 10 tahun nambah utang Rp1.300 Triliun. Jokowi dalam 4 tahun nambah Rp2.800 Triliun. Rasio Utang? Peninggalan Mega: 55.5%. Diturunkan SBY jadi 24.7%. Kini rasio utang 29.1% (Januari 2018) dan diperkirakan bisa terus naik hingga mencapai 35%. Fakta." katanya seperti dikutip dalam akun Twitter yang di-posting, Rabu (22/8/2018).

Baca juga: Miris! Ini Miliaran Bolivar Venezuela yang Hanya Cukup untuk Beli Tisu Toilet



 

Terkait hal tersebut, Staf Khusus Kepresidenan Bidang Ekonomi, Erani Yustika membantah besaran tersebut. Ia memaparkan jumlah utang tidak mencapai Rp2.000 triliun.

"Rp380 triliun tahun 2015, Rp403 triliun tahun 2016, Rp429 triliun tahun 2017, Rp387 triliun tahun 2018, Rp359 triliun tahun 2019 total enggak sampai Rp2.000 triliun," paparnya.

Lebih lanjut Erani menambahkan, data yang dia pegang tidak sejumlah yang dipaparkan politisi Demokrat dalam akun Twitter-nya. "Data yang saya pegang segitu, mungkin dia punya ditambahkan utang dia sendiri," katanya.

"Saya belum baca yang dia sampaikan, utang baru selama 2015-2019 segitu, enggak sampai Rp2.000 triliun," imbuhnya.

Selain itu, soal utang kata dia, pemerintah mengolah utang dengan sangat hati-hati. Ia menilai, hampir keseluruhan, rasio terhadap ukuran yang baku selama ini dijaga sebaik-baiknya.

"Misalnya rasio utang dengan PDB, Rasio defisit fiskal terhadap PDB, defisit keseimbangan primer, Rasio utang dgn ekspor dll, temasuk didalamnya pertumbuhan utang sudah turun terus menerus," ungkapnya.

Selain itu, dalam penyusunan APBN menurutnya semakin melihat prioritas yang tajam dari Pemerintah untuk kegiatan,  fungsi ekonomi, infrastruktur, perlindungan sosial naik tajam dalam 4 tahun terakhir dan puncaknya tahun 2019.

Baca juga: Saat Mata Uang Anjlok, Presiden Venezuela Serukan Formula Ajaib?

Secara hitungan, misalnya rasio utang terhadap pembangunan desa yang dulu 26 kali lipat besarnya utang sekarang tinggal 5 kali lipat saja. Artinya anggaran untuk desa sudah melonjak jauh. Anggaran kesehatan dulu utang baru nilainya 4 kali sekarang 3 kali lipat.

"Untuk Infrastruktur dulu utang itu 1,4 kali dibandingkan belanja infrastruktur, sekarang anggaran infrastruktur justru lebih besar dibandingkan utang yang baru. Jadi dalam isu utang ada dua isu, pertama manajemen harus hati-hati, kedua pemanfaatannya itu betul-betul di kaitkan dengan variabel yang penting tadi mengalami perbaikan yang drastis dari waktu ke waktu," imbuhnya.

Sehingga kata Erina, tidak ada isu berarti terkait utang kecuali bila dirangkai dalam bahasa politis dengan kutipan yang menurutnya hanya sepenggal-sepenggal.

"Oleh karenanya, saya kira tidak akan ada isu berarti, kecuali ini mau dirangkai dalam bahasa politis disampaikan sepotong-sepotong kepada masyarakat," pungkasnya.

Penulis :
Nani Suherni