Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Permintaan Kencang, Surya Biru Rambah Bisnis Are Shipyarf dan Petrokimia

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Permintaan Kencang, Surya Biru Rambah Bisnis Are Shipyarf dan Petrokimia
Foto: Jajaran direksi PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA). (Antara/Humas SBMA)

Pantau – Tingginya permintaan mendorong perusahaan industri kimia anorganik gas, PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) untuk melebarkan sayap di Tanah Air. Perseroan pun merambah bisnis are shipyarf dan petrokimia.

Perseroan telah melakukan commercial start up air separation plant pada 27 Juni 2023, dengan jumlah produksi liquid perseroan mencapai 50 juta ton per hari. 

"Namun produksi dan penjualan mulai terasa di Juli dan akan nampak pada periode kuartal III-2023. Proyek ini merupakan realisasi atas penggunaan dana IPO," ujar Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti dalam keterangan di Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Rini melanjutkan, perseroan memiliki market share yang stabil dan peluang bisnis yang luas, yang mana menerima banyak permintaan liquid, salah satunya proyek Kawasan Industri Kalimantan yang merupakan proyek pemerintah.

Melihat ke belakang, lanjutnya, perseroan mengalami peningkatan pada sektor manufaktur Liquid sebesar 5 persen dan akan terus meningkat setiap bulan.

“Saat ini kami telah mengambil 5 persen dari pasar liquid yang ada di Kalimantan Timur, dan diestimasikan akan terus meningkat setiap bulannya,” ujar Rini.

Dia mengungkapkan perseroan meraih penjualan yang naik 13 persen year on year (yoy) menjadi Rp52,8 miliar pada semester I-2023. “Peningkatan ini dipengaruhi oleh penjualan gas Acetylene dan Karbondioksida,” ujar Rini.​​​​​​​

Dari sisi kesehatan keuangan, perseroan mampu tetap mengontrol posisi liabilitas jangka pendek yang menurun jadi Rp28,40 miliar pada 30 Juni 2023, dari sebelumnya sebesar Rp30,19 miliar pada akhir 2022.

Dengan demikian, jumlah aset perseroan senilai Rp269,24 miliar tersebut, mayoritas dikontribusikan oleh ekuitas yang positif di angka Rp210,52 miliar.

Pada semester I-2023, pos kas yang diperoleh dari aktivitas operasional tercatat positif menjadi pendukung ekuitas senilai Rp3,32 miliar dari sebelumnya minus Rp4,43 miliar.

Penulis :
Ahmad Munjin