
Pantau – Bagi pemegang saham PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), ini ada kabar yang perlu Anda cermati. Perusahaan yang bergerak di sektor gas industri ini akan fokus investasi terhadap tiga aspek pada 2025.
Tiga fokus itu adalah pengembangan pasar, diversifikasi produk, dan penguatan sumber daya manusia (SDM).
Sementara wilayah strategis prioritas perseroan, yaitu Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Tujuannya untuk mendukung rencana pemerintah dalam pengembangan sektor minyak dan gas (migas), pertambangan, dan kesehatan di kawasan itu.
Produk unggulan seperti gas untuk medis, produk khusus gas, serta layanan jasa seperti leak test, hydrotest, dan vacuum test diyakini perseroan akan mendukung pertumbuhan emiten ke depan.
Baca juga: Nilai Kontrak dari PGN hingga BUMI Dongkrak Laba Emiten SBMA
"Kami melihat potensi besar dalam sektor jasa ini untuk memelihara dan meningkatkan layanan ke customer yang ada dengan keahlian tim teknis yang telah dipercaya," ujar Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Terkait kinerja saham, Head of Research FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi melihat book value per share (BVPS) saham SBMA berada di level Rp241, sedangkan harga di market Rp118, artinya posisi SBMA masih under value.
"Artinya, ada ruang penguatan plus 104 persen jika kembali ke harga wajarnya yang di level Rp241. Ataupun jika kita beri diskon 30 persen dari book value artinya di level Rp169, itu pun potensi kenaikan masih cukup menarik yakni di level plus 43 persen," ujar Wisnu.
Selain itu, menurutnya, dari sisi debt to equity ratio (DER) sebesar 0,19 persen, artinya apabila dibandingkan antara utang ke modalnya masuk kategori kecil, serta return on asset (ROA) dalam tiga tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan yang konsisten.
Baca juga: Cuan Saham GOTO Dipatok 7,23 Persen karena 'Price Action' Atraktif
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyebut keunggulan SBMA yaitu posisinya yang strategis di Kalimantan, yang mana adanya proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pertumbuhan industri smelter di wilayah tersebut.
Menurutnya, fokus perusahaan pada pasar lokal menjadi keuntungan, karena meskipun harga gas dunia naik, permintaan domestik yang kuat akan mendukung kinerja perseroan.
"Prospek pertumbuhan industri di Kalimantan tetap menjadi katalis positif yang dapat menjaga stabilitas bisnis SBMA ke depan," ujar Hendra.
Namun demikian, ia mengingatkan sebagai produsen gas industri SBMA bergantung terhadap bahan baku dan energi dalam produksinya.
Apabila harga gas dunia, terutama LPG, LNG, atau bahan kimia seperti kalsium karbida untuk acetylene mengalami kenaikan, ia menyebut biaya produksi perusahaan bisa meningkat dan berpotensi menekan margin keuntungan.
Baca juga: Selling Climax Usai, Rekomendasi Beli Saham BMRI dengan Target Harga Segini
- Penulis :
- Ahmad Munjin