Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Selling Climax Usai, Rekomendasi Beli Saham BMRI dengan Target Harga Segini

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Selling Climax Usai, Rekomendasi Beli Saham BMRI dengan Target Harga Segini
Foto: Ilustrasi - Layar perdagangan saham BEI Jakarta. (Pantau/Senaru)

Pantau – Aksi jual pada saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ditengarai mencapai puncaknya alias selling climax pada Kamis (6/2/2025) sehingga mendapat rekomendasi beli. Berapa target harganya?

Pada sesi pertama perdagangan Senin (10/2/2025) hingga pukul 09.44 WIB, saham BMRI ditransaksikan melemah Rp100 atau 1,94 persen ke Rp5.050 per unit saham.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani memperkirakan, saham BMRI berpotensi mengalami penguatan (markup) jika IHSG mengalami penguatan pada pekan ini.

“Terkait BMRI sebenarnya telah terjadi ‘selling climax’ pada 6 Februari lalu menurut teori Richard Wyckoff. Gap yang berpotensi untuk ditutup yakni di level 5.450,” ungkap Dimas dalam riset mingguan yang diterbitkan di Jakarta, Senin (10/2/2025).

Baca juga: Melemah 15 Persen Sepekan, Saham BMRI Jadi Contoh Klasik ‘Jebakan Harga’

Ia pun merekomendasikan saham buy saham BMRI dengan level entry Rp5.150 saat harga berada di Rp5.150 dengan target penguatan ke Rp5.450.

Target harga itu menyiratkan potensi cuan sebesar 5,83 persen. “Stop loss di Rp5.000 atau minus 2,91 persen dengan risk to reward ratio 1:2,0,” tutur Dimas.

Terkait IHSG yang menjadi penentu laju saham BMRI, Dimas memaparkan sejumlah sentimen, seperti faktor musim dividen, keberlanjutan program Donald Trump dan inflasi AS (Januari).

Dalam kondisi market normal, sambung dia, sebagai persiapan momentum pembagian dividen saham-saham big banks pada Maret-April, biasanya investor asing mulai mencatatkan inflow ke IHSG mulai dari pertengahan Februari.

Baca juga: Saham-Saham Bank Refleksikan Kekhawatiran Pasar Jelang Trump Dilantik

“Jika melihat data foreign flow sampai dengan minggu lalu, di mana belum terjadinya inflow ke IHSG, terdapat kemungkinan bahwa untuk tahun ini investor asing tidak mencatatkan inflow sebelum momentum dividen Maret-April nanti,” tuturnya.

Akan tetapi, dia menegaskan, masih terdapat kemungkinan investor asing mencatatkan inflow karena memang secara historikal setiap tahun investor asing menjadikan momentum pembagian dividen untuk mencatatkan inflow ke IHSG sebelumnya.

Selain itu, secara time frame biasanya investor asing melakukan siklus akumulasi ataupun distribusi selama kurun waktu 3-4 bulan. 

“Jika kita lihat di mana investor asing sudah melakukan distribusi signifikan di IHSG sejak September 2024 maka tidak menutup kemungkinan investor asing mulai menjalankan siklus akumulasi mulai bulan ini setelah menjalankan siklus distribusi sejak September silam,” papar dia.

Baca juga: Mendulang Dividen Bank-Bank Raksasa Jadi ‘Passive Income’

Ia pun menyimpulkan, dengan menggunakan analisisi probabilitas, peluang investor asing mulai mencatatkan inflow ke IHSG sebesar 50-50. 

“Hal ini juga sekaligus menggambarkan probabilitas pergerakan IHSG ke depannya. Secara ilmu foreign flow, apabila investor asing memutuskan untuk masuk lagi, maka IHSG berpotensi mengalami kenaikan, begitupun sebaliknya,” imbuh Dimas.

Sebelumnya, Tim riset Algo justru melihat pelemahan saham BMRI sebagai contoh jebakan harga saham. “Ini adalah contoh klasik ‘value trap’ yang mirip dengan BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk) ,” tutur Tim Riset Algo.

Alasannya adalah indikator-indikator teknikal penting sedang menunjukkan momentum bagi para trader untuk menjual saham, mengikuti formasi double-top selama setahun terakhir.

Baca juga: Inikah Biang Kerok Longsornya Saham Trio Bank: BBRI, BBCA dan BMRI?

“Intinya, BMRI menjadi saham yang kurang favorit di kalangan investor institusi, khususnya asing,” timpal Algo.

Kalaupun mengalami lebih banyak pembelian, itu semata dilakukan oleh investor ritel lokal. Terutama, jika emiten Bank BUMN ini mulai meningkatkan rasio pembayaran dividen alias dividend payout ratio untuk mengimbangi lemahnya kinerja fundamental. Kini, pilihan investasi ada di tangan Anda!

Penulis :
Ahmad Munjin
Editor :
Ahmad Munjin