
Pantau – Saham-saham bank dengan aset raksasa mengalami pelemahan tajam dalam setahun terakhir. Di tengah situasi itu, pemodal dapat fokus pada imbal hasil dari dividen saat capital gain tak mempan jadi tumpuan.
Bank-bank yang masuk kategori buku 4 alias bank dengan aset raksasa, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Pada sesi pertama perdagangan Rabu (15/1/2025) hingga pukul 10.33 WIB, saham BBRI ditransaksikan menguat Rp110 (2,9 persen ke Rp3.910, BMRI menguat Rp75 (1,4 persen) ke Rp5.475, BBCA menguat Rp100 (1 persen) ke Rp9.625, BBNI naik Rp60 (1,5 persen) ke Rp4.190, BRIS naik Rp40 (1,5 persen) ke Rp2.710 dan BNGA menguat Rp10 (0,6 persen) ke Rp1.715.
Penguatan hari ini diharapkan menjadi awal pembalikan arah ke penguatan untuk membayar utang pelemahan yang terjadi sejak Desember 2023 hingga sekarang atau lebih dari satu tahun.
Baca juga: Jangan Ketinggalan! Ini Jadwal Pembagian Dividen ADRO 200 Juta Dolar AS
Rata-rata saham-saham bank dengan aset raksasa mengalami penurunan harga yang cukup dalam. Pelemahan saham BBRI bahkan tercatat paling paling parah hingga 33,62 persen dalam setahun terakhir.
Saham BBCA dan BNGA memang tidak mengalami penurunan harga, tetapi harganya sudah mendekati harga satu tahun yang lalu.
Asal tahu saja, laporan keuangan hingga November 2024, kebanyakan bank buku 4 hanya berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih single digit, kecuali BBCA yang tumbuh double digit.
Nilai dividen yang diasumsikan sama dengan tahun lalu atau lebih banyak sangat mungkin terjadi. Dari data tahun lalu itu, didapatkan dividend yield bank-bank raksasa terhitung sangat menggoda.
Baca juga: Pemegang Saham Semringah, BRI Guyur Dividen Interim Rp20,46 Triliun
BBRI memimpin dividen yield sebesar 8,39 persen. Posisi ini bahkan lebih tinggi daripada BNGA yang sebesar 7,2 persen. Sementara BBCA imbal hasil dividennya di level 2,83 persen.
Namun, satu hal yang perlu diingat, membeli saham-saham tersebut memiliki opportunity cost lantaran kamu tidak memilih saham-saham lain yang menawarkan dividen dan capital gain yang atraktif.
Sebab, berkaca pada tahun lalu, imbal hasil dari dividen justru tergerus jauh oleh penurunan harga sahamnya. Kecuali, kalau kamu betah mengempit saham-sahamnya hingga harga saham kembali menguat sesuai nilai intrinsiknya di masa mendatang.
Syukur-syukur kalau kamu mendapat ‘mercy dengan harga bajaj’. Sayangnya, tahun lalu justru ‘harga bajaj mencerminkan kualitas bajaj’ sampai masuknya investor asing dan institusi yang mengerek naik kembali saham-saham tersebut sehingga adagium itu terpatahkan.
Baca juga: Kamu Investor Pemburu Dividen? Ini Peluangnya di Saham BBRI versi JP Morgan
Lihat saja, rata-rata capital gain pemegang saham itu boncos tahun lalu. BBRI turun 33,62 persen, BMRI terkoreksi 10,74 persen, dan BBNI turun 23,16 persen. Hanya BNGA dan BBCA yang bertahan positif, itu pun tipis masing-masing 0,59 persen dan 1,33 persen.
Dengan demikian, jika kamu hanya fokus pada imbal hasil dividen dan tutup mata dengan pelemahan capital gain, saham-saham tersebut dapat dipertimbangkan untuk beli dengan target panen passive income di masa depan. Pilihan berpulang kepada kamu sebagai investor saham.
- Penulis :
- Ahmad Munjin
- Editor :
- Ahmad Munjin