Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Aglomerasi Bikin Proyeksi Ekonomi DKI Jakarta Tumbuh Positif

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

Aglomerasi Bikin Proyeksi Ekonomi DKI Jakarta Tumbuh Positif
Foto: Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (iStockphoto.com)

Pantau - Pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi di Jakarta diprediksi positif pada akhir tahun 2023 hingga awal 2024 lantaran dukungan dari aglomerasi ekonomi megapolitan Jabodetabek. Peneropongan itu datang dari Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta.

Aglomerasi merupakan sebuah konsep di mana terjadi konsentrasi spasial dari aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan sehingga mendukung penghematan karena lokasi yang berdekatan alias economies of proximity.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas inflasi di Jakarta diprediksi positif pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar dalam seminar daring bertajuk ‘Outlook Jakarta 2024’ di Jakarta, Rabu (6/12/2023).

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta melaporkan, perekonomian Jakarta berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III-2023 mencapai Rp858,55 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp511,37 triliun. Ekonomi Jakarta pada triwulan tersebut tumbuh sebesar 4,93 persen (YoY). 

Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 13,96 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (PKLNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 6,27 persen.

Arlyana kembali mengatakan Jakarta memiliki banyak keunggulan dan modal hingga akhir tahun 2023. Pasalnya, modal utama yang Jakarta bisa optimalkan antara lain ketersediaan infrastruktur, transportasi yang beragam serta terintegrasi, dan ketersediaan tenaga kerja berkualitas.

Meski begitu, Jakarta juga memiliki tantangan yang perlu diwaspadai, baik yang bersifat struktural maupun berulang alias siklikal. Salah satunya berasal dari daya dukung Jakarta terutama dalam hal ketersediaan lahan, tingkat upah minimum, serta ketersediaan air yang semakin terbatas.

"Masalah struktural lainnya seperti kemacetan, ketimpangan sosial, dan polusi," ujar Arlyana.

Sementara tantangan yang bersifat siklikal, kata dia, utamanya bersumber dari perlambatan ekonomi global, berlanjutnya ketegangan politik, hingga masih tingginya inflasi global. "Dari sisi domestik tentunya tantangan juga bersumber dari kepindahan Ibu Kota Negara," tambah dia.

Kemudian dalam menjaga stabilitas inflasi, Arlyana mengatakan tantangannya adalah tingginya ketergantungan Jakarta terhadap pasokan pangan dari daerah sentra hingga potensi kenaikan harga sewa dan kontrak rumah seiring meningkatnya mobilitas masyarakat pada 2024.

Di atas semua itu, Arlyana sangat optimistis Jakarta dapat menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan mengoptimalkan modalitas yang ada.

Menurutnya, ada tiga kunci dalam menghadapi tantangan, yaitu sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, inovasi kebijakan dan strategi, dan konsistensi kebijakan.

Dalam mengawal momentum pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas makro ekonomi serta sistem keuangan di Jakarta, Arlyana mengungkapkan tiga strategi utama. Ketiganya adalah penguatan peran Jakarta sebagai kontributor utama perekonomian, penguatan sinergi pengendalian inflasi, dan penguatan ekosistem digital.

"Tentunya kita akan terus melakukan sinergi dan kolaborasi agar dapat berkontribusi di dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Jakarta," pungkas dia.

(Yohanes Abimanyu)

Penulis :
Ahmad Munjin