
Pantau - RHB Sekuritas merevisi naik target harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjadi Rp3.100 dari sebelumnya Rp2.900 per unit saham. Sahamnya pun direkomendasikan trading buy dari sebelumnya netral.
Pada perdagangan Selasa (21/1/2025), saham PTBA ditutup menguat Rp30 (1,1 persen) ke posisi Rp2.690 per unit saham yang merupapkan level tertingginya. Harga terendah di angka Rp2.670. Jumlah saham yang ditransaksikan mencapai 61.276 lot senilai Rp16,4 miliar.
Dengan posisi penutupan kemarin, ruang penguatan saham PTBA dapat dipatok sebesar Rp410 atau 15,2 persen per unit saham.
Target harga itu berdasarkan metode discounted cash flow (DCF) yang menyiratkan target Price to earnings ratio (PER) PTBA sekitar 7 kali, serta mencakup diskon ESG 4 persen.
Baca juga: Mengenal Teknologi Superkritikal yang Diterapkan PLTU MT Sumsel-8
Kenaikan target harga tersebut menyusul optimisme peningkatan penjualan batu bara PTBA hingga 75 juta ton per tahun pada 2029 atau CAGR 11 persen dari 2023. Kenaikan volume tersebut dapat meningkatkan laba bersih.
“Kenaikan volume dapat meningkatkan laba bersih Bukit Asam (PTBA) pada 2025-2026 sekitar 10 persen, meski ada risiko penurunan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) akibat pasokan melimpah. ASP batu bara PTBA tahun ini diperkirakan sebesar 57 dolar AS per ton, turun 9 persen yoy,” tulis RHB Sekuritas dalam risetnya dikutip Selasa (21/1/2025).
PTBA akan menjaga margin kompetitif untuk memastikan profitabilitas jangka menengah, walaupun dibayangi risiko penurunan harga. Harga energi diprediksi melemah karena berkurangnya permintaan batu bara akibat peningkatan produksi domestik di China dan India, serta pertumbuhan energi terbarukan.
Faktor lain yang bakal turut menekan harga energi adalah peningkatan pasokan bahan bakar fosil karena kebijakan Amerika Serikat (AS) dan kecilnya potensi anomali cuaca.
Baca juga: Bukit Asam Teken Fasilitas Pemanfaatan DHE SDA dengan 3 Bank Himbara
“Namun, harga tetap menarik. Harga batu bara Newcastle pada 2025 diprediksi sebesar 120 dolar AS per ton, turun 12 persen yoy, terutama karena biaya produksi yang rendah di Indonesia,” jelas RHB Sekuritas.
Pada 2024, PTBA terbukti dapat meningkatkan produksinya sebesar 16 persen yoy menjadi 43 juta ton, meski terdampak gangguan transportasi dan penurunan harga rata-rata penjualan (ASP).
Tahun 2025, operasional PTBA diperkirakan membaik dengan target produksi meningkat 16 persen yoy menjadi 50 juta ton.
Adapun stripping ratio diproyeksikan stabil sebesar 6 kali, biaya tunai 47 dolar AS per ton atau turun 10 persen yoy, dan beroperasinya jalur transportasi baru. Margin EBITDA diperkirakan tetap sebesar 18 persen, meski ada risiko penyesuaian harga batu bara.
Baca juga: Rekor! PTBA Kantongi Penjualan Batu Bara Semester I-2024 Sebanyak 20,1 Juta Ton
RHB Sekuritas lebih jauh mengungkapkan, target produksi PTBA yang lebih cepat dinilai realistis. Sebab, itu didukung oleh cadangan batu bara besar (umur tambang lebih dari 50 tahun).
PTBA akan memenuhi permintaan domestik dan meningkatkan ekspor, khususnya ke Asia Tenggara, India, dan China, dengan target ekspor 69 persen pada 2029 (2024: 47 persen).
Saat ini, pasar menunggu perkembangan insentif Mitra Instansi Pengelola (MIP) Batu Bara yang dapat mendukung harga jual rata-rata (ASP) domestik.
Sedangkan kebijakan terkait kewajiban penempatan devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) di sistem keuangan nasional menjadi minimal satu tahun dari saat ini tiga bulan diteropong berdampak kecil pada modal kerja PTBA.
Baca juga: Bukit Asam Kantongi Laba Bersih Semester I-2024 Sebesar Rp2,03 Triliun
- Penulis :
- Ahmad Munjin
- Editor :
- Ahmad Munjin