Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

DPR Soroti Pelemahan Rupiah Buntut Kebijakan Trump

Oleh Ahmad Munjin
SHARE   :

DPR Soroti Pelemahan Rupiah Buntut Kebijakan Trump
Foto: Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir dalam acara Outlook Ekonomi DPR yang digelar pada Rabu (5/2/2025). (dpr.go.id/Mario/Andri)

Pantau – Sejumlah tantangan ekonomi global yang muncul akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mendapat sorotan serius dari Wakil Ketua DPR RI, Adies Kadir.

Salah satu dampak yang cukup signifikan adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang terus berlanjut, bahkan sudah melampaui asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 yang dipatok sebesar Rp 16.000 per dolar AS.

Sepanjang 2024, rupiah terdepresiasi sebesar 4,16 persen. Di awal tahun 2025, pelemahan ini berlanjut dan pada 4 Januari 2025 tercatat rupiah berada di level Rp 16.435 per dolar AS bahkan melebihi asumsi APBN 2025.

“Beberapa hari terakhir pelemahan berlanjut hingga menyentuh kisaran Rp16.435/US Dollar atau sudah di atas asumsi APBN sebesar 16.000. Kiranya penting dan perlu sinergi dan koordinasi otoritas fiskal moneter dan sektor keuangan serta otoritas terkait lainnya yang melahirkan kebijakan yang mitigasi terhadap risiko tekanan nilai tukar,” kata Adies dalam acara Outlook Ekonomi DPR yang digelar di Jakarta, Rabu (5/2/2025).

Baca juga: Penguatan Nilai Tukar Rupiah Terancam Sentimen Manufaktur AS

Sebelumnya, Adies sempat menyinggung, kebijakan Presiden Trump seperti kenaikan tarif impor, pemotongan pajak, dan perubahan kebijakan imigrasi, ia menilai hal tersebut turut memberikan dampak besar pada ekonomi global. 

“Mengingat Amerika Serikat merupakan mesin ekonomi keuangan yang besar, kebijakan-kebijakan dan implikasi sebagaimana saya uraikan tadi tentu saja akan mempengaruhi ekonomi dan keuangan berbagai negara tidak terkecuali Indonesia,” tambah politisi Fraksi Partai Golkar itu.

Selain itu, kebijakan moneter yang diterapkan oleh AS, termasuk kebijakan suku bunga tinggi dari Bank Sentral Amerika (The Fed) yang diperkirakan akan berlangsung lebih lama, juga berpengaruh pada nilai tukar rupiah. Adies menambahkan, kebijakan ini dimaksudkan untuk memperkuat nilai dolar terhadap mata uang negara lainnya, yang pada gilirannya bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global.

“Tanggal 30 Januari lalu Bank Sentral Amerika Serikat tetap menahan tingkat suku bunga bank sentral di Kisaran 4,25 sampai 4,5 persen dengan pertimbangan antara lain inflasi yang kembali merambat menjadi 2,9 persen pada Desember 2024,” ungkap dia.

Baca juga: Peretas Diduga Jadi Biang Kerok Data Kurs Rupiah Rp8.170 di Google

Kebijakan lain yang tak kalah kontroversial dan mewarnai dinamika ketidakpastian global adalah keluarnya Amerika Serikat dari keanggotaan Paris Agreement dan World Health Organization (WHO). Hal ini lantas diperkirakan akan memperlambat konsensus global terkait perubahan iklim serta ekonomi hijau atau green economy.

Penulis :
Ahmad Munjin