
Pantau - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah bersama PT Dharma Lautan Utama (DLU) tengah menjajaki kemungkinan penyediaan layanan penyeberangan kendaraan roda empat pada rute Sampit-Seranau, sebagai solusi alternatif pasca pembatalan proyek Jembatan Mentaya.
Rencana ini diungkapkan oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perhubungan Kotim, Rody Kamislam, Senin (14/4), yang menyatakan bahwa pihaknya telah memulai penjajakan bersama DLU dan KSOP untuk menganalisis kemungkinan penggunaan kapal jenis RoRo (roll-on/roll-off) dalam melayani penyeberangan tersebut.
Kecamatan Seranau sendiri berada di seberang pusat Kota Sampit dan dipisahkan oleh Sungai Mentaya yang memiliki lebar sekitar 350 meter.
Jembatan Mentaya Batal, Feri Jadi Solusi
Rencana penyediaan feri ini muncul setelah proyek pembangunan Jembatan Mentaya yang semula dirancang sepanjang 970 meter dengan bentang tengah 200 meter dibatalkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah karena alasan pembiayaan yang diperkirakan mencapai Rp2 triliun.
Sebagai gantinya, pemerintah provinsi memilih untuk melanjutkan pembangunan jalan penghubung di kawasan seberang yang dimulai dari Desa Cempaka Mulia Timur, melintasi Kecamatan Seranau hingga Kecamatan Pulau Hanaut.
Untuk mendukung pembangunan jalan tersebut, status jalur yang sebelumnya merupakan jalan kabupaten kini telah ditetapkan sebagai jalan provinsi.
Dari total kebutuhan anggaran sebesar Rp200 miliar, pada tahun 2025 telah direncanakan alokasi dana sebesar Rp50 miliar dan sisanya akan dilanjutkan pada tahun berikutnya.
Rody menyebut bahwa keberadaan penyeberangan mobil penting untuk mengatasi isolasi antara Sampit dan Seranau, serta mendukung aksesibilitas menuju kawasan yang direncanakan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus.
Penyeberangan Saat Ini Hanya Layani Sepeda Motor
Saat ini, rute Sampit-Seranau hanya dilayani oleh dua operator swasta yang menggunakan feri untuk mengangkut sepeda motor dan penumpang.
Selain itu, masyarakat juga menggunakan kelotok yang lebih diperuntukkan bagi penumpang.
Data Dinas Perhubungan mencatat, sekitar 700-800 unit sepeda motor melintasi jalur ini setiap harinya.
"Kalau bisa masuk kendaraan roda empat ini, harapannya nanti pembangunan di Seranau menjadi semakin terbuka. Apalagi di seberang disiapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus. Kalau di sana dikembangkan wisata juga bagus," ujar Rody.
- Penulis :
- Pantau Community