
Pantau - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa emas perhiasan menjadi komoditas utama penyebab inflasi selama semester I-2025, di tengah tren harga emas global dan lokal yang terus meningkat.
Inflasi tahun berjalan (year-to-date/ytd) hingga Juni 2025 tercatat sebesar 1,38 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2023 (1,24 persen) dan 2024 (1,07 persen).
"Selama semester I tahun 2025, komoditas yang sering muncul sebagai penyumbang inflasi bulan ke bulan (month-to-month/mtm) adalah emas perhiasan, yang muncul enam kali dalam satu semester ini," ungkap BPS.
Tren Kenaikan Harga Emas Dorong Inflasi
Emas perhiasan telah mengalami inflasi berkelanjutan sejak September 2023, dan kini terus menekan angka inflasi bulanan maupun tahunan.
Inflasi bulanan pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,19 persen, sementara inflasi tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 1,87 persen.
Kenaikan harga emas mencerminkan fungsinya sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global.
Beberapa faktor pemicu kenaikan harga emas antara lain pengumuman tarif dagang oleh Presiden AS Donald Trump, risiko resesi global, serta konflik dagang antara Amerika Serikat dan China.
Situasi ini mendorong banyak masyarakat dan investor beralih ke emas sebagai aset aman.
Komoditas Lain Juga Berkontribusi
Selain emas perhiasan, beberapa komoditas lain yang turut menyumbang inflasi selama semester I-2025 antara lain beras, ikan segar, dan tarif angkutan udara.
Komponen bahan makanan yang termasuk kategori volatile food masih menjadi kontributor utama inflasi, baik dalam skala bulanan maupun tahunan.
Hal ini menunjukkan bahwa tekanan harga pangan dan logistik masih menjadi tantangan struktural dalam menjaga stabilitas inflasi nasional.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf