
Pantau - Cadangan beras pemerintah saat ini tercatat mencapai 4 juta ton, terdiri dari 2,1 juta ton hasil serapan Perum Bulog saat panen raya dan 1,8 juta ton dari hasil impor. Namun, tantangan dalam pengelolaan beras nasional terus menjadi sorotan karena beras tetap menjadi kebutuhan pokok mayoritas rakyat Indonesia dan penentu angka inflasi nasional.
Perum Bulog diketahui menerapkan kebijakan pembelian gabah secara any quality, yang artinya menerima seluruh kualitas gabah tanpa seleksi mutu ketat. Namun hal ini berdampak pada kualitas beras yang diserap dan penting untuk tetap menghargai hasil produksi petani.
Swasembada Beras Bukan Sekadar Tren, Tapi Tanggung Jawab Negara
Beras adalah komoditas yang sarat dinamika—Indonesia pernah mengklaim swasembada beras, namun tetap melakukan impor dalam jumlah besar. Hal ini menunjukkan bahwa swasembada seharusnya berkelanjutan, bukan hanya pencapaian musiman.
Pengalaman tahun 2023/2024 memperlihatkan penurunan produksi beras yang signifikan, memperkuat argumen bahwa beras tidak bisa diperlakukan hanya sebagai komoditas ekonomi biasa.
"Vonis" beras sebagai komoditas politis tetap relevan dan tidak boleh diabaikan. Bung Karno pernah menegaskan bahwa urusan pangan menyangkut hidup dan matinya suatu bangsa.
Oleh karena itu, pemerintah didesak untuk mengelola beras sebagai urusan strategis nasional, terutama dalam kondisi ekonomi yang berat. Ketersediaan beras harus selalu cukup dan harganya harus tetap terjangkau oleh masyarakat luas.
Peran Bulog dan Petani dalam Menjaga Ketahanan Pangan
Saat panen raya Februari 2025 yang kemungkinan terjadi di musim hujan, pemerintah diharapkan menjamin ketersediaan beras secara berkelanjutan.
Bulog perlu turun langsung membeli gabah dan beras petani dengan harga wajar agar petani tidak dirugikan. Sebagai offtaker BUMN, Bulog diharapkan mampu menjalankan peran pelindung petani, meskipun menghadapi tantangan seperti tingkat broken yang lebih tinggi pada beras lokal.
Meski demikian, beras lokal dinilai lebih pulen dan digemari masyarakat jika dibandingkan beras impor. Dari sisi rasa dan gizi, beras petani Indonesia juga dinilai lebih unggul.
Peningkatan kualitas beras lokal dari segi penampakan perlu menjadi gerakan nasional, bukan sekadar proyek, dengan melibatkan Kementerian Pertanian, Perum Bulog, serta organisasi seperti HKTI dan KTNA.
Petani patut mendapat penghargaan atas kerja keras mereka selama sekitar 100 hari di sawah. Tanpa mereka, tidak ada yang menyediakan pangan bagi masyarakat kota.
Namun sering kali saat panen raya tiba, harga gabah justru anjlok sehingga harapan petani untuk meningkatkan kesejahteraan pupus.
Dengan jaminan pembelian gabah oleh Bulog dalam jumlah besar dan harga wajar, harapan petani untuk hidup lebih sejahtera menjadi lebih realistis.
Meski tidak mudah, Perum Bulog diharapkan dapat mewujudkan penugasan ini secara maksimal demi ketahanan pangan nasional.
- Penulis :
- Aditya Yohan