
Pantau - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) memproyeksikan pertumbuhan kredit nasional pada tahun 2025 mencapai 8,7 persen plus minus 1 persen secara tahunan (year on year), di tengah tantangan lemahnya permintaan pasar.
Kepala Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas, Aviliani, menyatakan bahwa target pertumbuhan dua digit masih sulit dicapai oleh sebagian besar perbankan nasional.
"Memang kredit itu berbagai lembaga menunjukkan bahwa memang untuk mencapai 10 persen itu agak susah. Jadi kita semua 'pengen' 10 persen tapi ini proyeksi kita sampai akhir tahun itu itu diperkirakan sekitar 8,7 persen. Mungkin ada bank-bank yang memang bisa cenderung 'double digit', tapi tidak semuanya," ungkapnya.
Tantangan Permintaan dan Arah Sektor Kredit
Menurut Aviliani, kendala utama dalam mencapai target pertumbuhan kredit yang lebih tinggi adalah terbatasnya permintaan dari sektor bisnis, yang membuat bank tidak bisa menyalurkan kredit secara agresif.
Meskipun Bank Indonesia telah memberikan insentif dan menyediakan fasilitas repo untuk sektor tertentu, kesiapan bank tidak dibarengi dengan peningkatan permintaan pasar.
Ia juga menyoroti pentingnya arah yang jelas dari program-program pemerintah, seperti pengembangan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, agar dapat direspons secara optimal oleh perbankan.
Pertumbuhan kredit pada tahun 2025 diperkirakan berasal dari sektor-sektor utama seperti pertambangan dan penggalian, konstruksi, perdagangan, listrik, gas dan air, akomodasi makanan dan minuman, transportasi, pergudangan dan komunikasi, serta pertanian, perburuan dan kehutanan.
"Jadi ini yang harus diikuti oleh pengusaha. Makanya kalau anda lihat, pengusaha itu ada yang bisa lanjut, ada yang enggak, tergantung bagaimana dia bisa melihat perubahan yang begitu cepat dan mereka bisa mengikuti. Tapi kalau dia enggak bisa berubah, cenderung mereka akan jatuh atau ya dia jual kepada perusahaan lain," ujarnya.
Fokus ke Sektor Unggulan dan Penyaluran Selektif
Aviliani menekankan pentingnya mengarahkan penyaluran kredit ke sektor padat karya seperti pertanian, serta sektor dengan nilai tambah tinggi seperti manufaktur dan informasi komunikasi (infokom), yang dinilai memiliki potensi memperkuat struktur ekonomi dalam jangka panjang.
Perbanas mencatat proyeksi pertumbuhan kredit sektor pertambangan sebesar 23,4 persen, sektor listrik, gas dan air tumbuh 14,9 persen, sementara sektor infokom diproyeksikan tumbuh sekitar 10 persen.
Namun, ia mengingatkan bahwa sektor transportasi mengalami perlambatan tajam, sehingga perlu pendekatan yang lebih berhati-hati.
"Kita harus cermat dalam menyalurkan kredit, mengedepankan kualitas dan selektivitas. Fokus pada sektor unggulan dan esensial seperti pertanian, manufaktur, pertambangan dan energi, serta infokom akan memperkuat portofolio kita, namun tidak lupa menjaga dukungan bagi konsumsi masyarakat agar momentum pertumbuhan ekonomi tetap terjaga," ia mengungkapkan.
- Penulis :
- Shila Glorya