Pantau Flash
HOME  ⁄  Ekonomi

Proyek Giant Sea Wall Perlu Blended Finance, Potensi Ekonomi Capai 25 Miliar Dolar AS

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Proyek Giant Sea Wall Perlu Blended Finance, Potensi Ekonomi Capai 25 Miliar Dolar AS
Foto: (Sumber: Peneliti Universitas Sebelas Maret (UNS) Anto Prabowo. (ANTARA/HO-Dokumentasi Istimewa))

Pantau - Peneliti dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Anto Prabowo, menilai bahwa proyek Giant Sea Wall (GSW) di Jakarta membutuhkan skema pembiayaan campuran atau blended finance untuk merealisasikan pembangunan yang diperkirakan menelan dana hingga 42 miliar dolar AS.

Perlindungan Iklim dan Potensi Ekonomi Jangka Panjang

Anto menyatakan bahwa kebutuhan anggaran sebesar 40-42 miliar dolar AS tidak bisa sepenuhnya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang juga digunakan untuk membiayai berbagai program prioritas nasional lainnya.

"Solusinya adalah pembiayaan campuran (blended finance), memadukan dana publik, swasta, dan investor global melalui instrumen keuangan inovatif," ungkap Anto.

Ia menambahkan bahwa jika berhasil dijalankan, GSW dapat menjadi model adaptasi iklim global yang mengintegrasikan perlindungan aset fisik, transformasi sosial-ekonomi, pelestarian ekologi, dan inovasi pembiayaan.

Nilai ekonomi dari proyek ini diperkirakan mencapai 20–25 miliar dolar AS selama 20 tahun mendatang dari pengembangan properti baru di kawasan reklamasi.

Selain itu, GSW juga diharapkan menjadi motor penggerak pusat bisnis dan industri baru yang berpotensi menarik investasi asing langsung (foreign direct investment).

Proyek ini diproyeksikan menyerap ratusan ribu tenaga kerja di sektor konstruksi, jasa, hingga pariwisata.

Inovasi Keuangan dan Tata Kelola Kolaboratif

Menurut Anto, GSW bukan hanya mencegah kerugian akibat banjir—yang saat ini ditaksir mencapai 600 juta dolar AS per tahun—tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru.

"GSW bukan hanya mencegah kerugian, tetapi menciptakan nilai ekonomi baru. Inilah logika asset value protection dan asset value creation yang harus berjalan beriringan," jelasnya.

Ia menegaskan bahwa proyek sebesar ini harus dikelola secara kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak secara transparan.

Inovasi pembiayaan seperti Green Sukuk, Asset Value Protection, dan Asset-Backed Securities (ABS) dinilai dapat membuat proyek ini bankable sekaligus inklusif.

Namun demikian, Anto menekankan bahwa aspek sosial dan ekologis harus tetap dijaga untuk memastikan keberlanjutan dan keadilan dalam pelaksanaannya.

"Jika ketiga hal ini dijaga, GSW akan menjadi tonggak sejarah Indonesia dalam menjawab triple challenge kebijakan iklim, yaitu efektivitas, efisiensi, dan keadilan," tegasnya.

Penulis :
Ahmad Yusuf